Senin, 09 September 2019

RPP Menerapkan Teknik Pengujian Logam ( ferros dan non Ferros)


RPP Menerapkan Teknik Pengujian Logam ( ferros dan non Ferros)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )

Satuan Pendidikan                  : SMK
Nama Sekolah                         : SMK ONDAK JAYA
Mata Pelajaran                        : DASAR PERANCANGAN TEKNIK MESIN
Kelas/Semester                        : X TP 1 / GASAL
Materi Pokok/Tema/Topik      : Menerapkan teknik pengujian logam (ferros dan non ferros)
Alokasi Waktu                        : 4 Jam Pelajaran
Jumlah Pertemuan                   : 5
Pertemuan Ke                         : 2 dan 3 (4x45menit)

Kompetensi Inti
KI 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif, dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan  dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3. Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian dalam bidang kerja spesifik untuk memecahkan masalah.
KI 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung.

Kompetensi Dasar
KD 1. Menyadari sempurnanya ciptaan Tuhan tentang alam dan fenomenanya dalam mengaplikasikan teknik pemesinan frais  pada kehidupan sehari-hari.
KD 2. Mengamalkan nilai-nilai ajaran agama sebagai tuntunan dalam mengaplikasikan teknik pemesinan frais dalam kehidupan sehari-hari.
KD 3. Mengamalkan perilaku jujur, disiplin, teliti, kritis, rasa ingin tahu, inovatif dan tanggungjawab dalam mengaplikasikan teknik pemesinan frais pada kehidupan sehari-hari.
KD 4. Menghargai kerjasama, toleransi, damai, santun, demokratis, dalam menyelesaikan masalah perbedaan konsep berpikir dalam mengaplikasikan teknik pengujian logam (ferros dan non ferros) kehidupan sehari-hari.
KD 5. Menunjukan sikap responsive, proaktif, konsisten, dan berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam mengaplikasikan teknik pengujian logam (ferros dan non ferros).
KD 6. Mengidentifikasi teknik pengujian logam (ferros dan non ferros).
KD 7. Mengklasifikasai proses teknik pengujian logam (ferros dan non ferros).
Indikator
1.      Siswa dapat menjelaskan jenis dan fungsi teknik pengujian logam (ferros dan non ferros)
2.      Siswa dapat menjelaskan teknik pengujian logam (ferros dan non ferros).
3.      Siswa dapat menjelaskan klasifikasi teknik pengujian logam (ferros dan non ferros)

Tujuan Pembelajaran
1.      Siswa memahami jenis dan fungsi teknik pengujian logam (ferros dan non ferros)
2.      Siswa memahami teknik pengujian logam (ferros dan non ferros)
3.      Siswa mengatahui klasifikasi proses teknik pengujian logam (ferros dan non ferros).
Materi Ajar/Pembelajaran
A.    teknik pengujian logam (ferros dan non ferros)
Dalam ilmu logam, jenis-jenis logam dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu:
Logam berat (besi, nikel, khrom, tembaga, timah hitam, timah putih, timah, dan seng).
Logam ringan (alumunium, magnesium, titanium, kalsium, kalium, natrium, dan barium).
Logam mulia (emas, perak, dan platina).
Logantahan api (wolfram, titanium, sirkonium, dan molibden).
Sedangkan jenis logam berdasarkan bahan dasar yang membentuknya dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu :
Logam besi (ferrous) yaitu suatu logam paduan yang terdiri dari campuran unsur karbon dengan besi. Jenis-jenis logam ini antara lain yaitu besi tuang, besi tempa, baja lunak, baja karbon sedang, baja karbon tinggi, serta baja karbon tinggi dan campuran.
Logam bukan besi (non ferrous) yaitu logam yang tidak mengandung unsur besi (Fe). Jenis-jenis logam ini antara lain yaitu tembaga (Cu), alumunium (Al), timbel (Pb), dan timah (Sn).
Proses pengujian logam adalah proses pemeriksaan bahan-bahan untuk diketahui sifat dan karakteristiknya yang meliputi sifat mekanik, sifat fisik, bentuk struktur, dan komposisi unsur-unsur yang terdapat di dalamnya. Proses pengujian logam dikelompokkan ke dalam tiga kelompok metoda pengujian, yaitu :
Destructive Test (DT), yaitu proses pengujian logam yang bisa menimbulkan kerusakan logam yang di uji.
Non Destructive Test (NDT), yaitu proses pengujian logam yang tidak bisa menimbulkan kerusakan logam atau benda yang di uji.
Metallography, yaitu proses pemeriksaan logam tentang komposisi kimianya, unsur-unsur yang terdapat didalamnya, dan bentuk strukturnya.
 Uji Kekerasan Rockwell
Uji kekerasan rockwell ini juga didasarkan  kepada penekanan sebuah indentor dengan suatu gaya tekan tertentu kepermukaan yang rata dan bersih dari suatu logam yang diuji kekerasannya. Setelah gaya tekan dikembalikan ke gaya minor maka yang dijadikan dasar perhitungan nilai kekerasan rockwell bukanlah hasil pengukuran diameter ataupun diagonal bekas lekukan tetapi justru “dalamnya bekas lekukan yang terjadi itu”. Inilah kelainan cara rockwell dibandingkan dengan cara pengujian kekerasan lainnya.
Pengujian rockwell yang umumnya biasa dipakai ada ke jenis yaitu HRA, HRB,dan HRC. HR itu sendiri merupakan suatu singkatan dari kekerasan rockwell atau rockwell hardness number dan kadang-kadang disingkat dengan huruf R saja.
Pengujian kekerasan dengan metode rockwell ini diatur berdasarkan standar DIN 50103. Tingkat skala kekerasan menurut metode rockwell adalah berdasarkan pada jenis indentor yang digunakan pada masing-masing skala. Dalam metode rockwell ini terdapat dua macam indentor yang ukurannya bervariasi, kedua jenis indentor itu adalah :
a.  Kerucut intan dengan besar sudut 1200, dikenal pula dengan “Rockwell cone”.
b.  Bola baja dengan berbagai ukuran, dikenal pula dengan “Rockwell”.
Untuk cara pemakaian skala ini, lebih dahulu ditentukan dan dipilih ketentuan angka kekerasan meksimum yang boleh digunakan oleh skala tertentu. Jika pada skala tetentu tidak tercapai angka kekerasan yang akurat, maka kita tentukan skala lain yang dapat menunjukan angka kekerasan yang jelas. Sebagaimana rumus tertentu,  maka skala memiliki standar atau acuan.
Untuk mendapatkan nilai HRB harus menggunakan sebuah indentor berupa bola baja yang disepuh dengan ukuran Ø 1/16” dan ini digunakan untuk jenis logam yang tidak mendapatkan perlakuan pengerasan sebelummya (sepuh) dan untuk semua jenis non-ferrous dalam kondisi padat. Sedangkan untuk mendapatkan nilai HRc digunakan sebuah indentor kerucut diamond yang memiliki sudut puncak 120o yang ujungnya dibundarkan dengan jari-jari 0,2 mm dan dipakai untuk menentukan kekerasan baja-baja yang telah dikeraskan. Kerucut diamond biasa disebut juga ”brale”. Bahan-bahan atau perlengkapan yang dipakai untuk pengujian kekerasan rockwell adalah sebagai berikut :
1.   Mesin pengujuian kekerasan rockwell
2.  Indentor (penetrator) berupa bola baja yang disepuh dengan ukuran Ø 1/16” dan kerucut intan dengan besar sudut 1200
3.   Mesin gerinda
4.   Amplas kasar dan halus
5.   Benda uji (test speciment)
Alat Uji Kekerasan Rockwell.
Alat yang dipergunakan untuk melakukan uji kekerasan suatu logam yang dilakukan dengan menggunakan uji kekerasan rockwell digunakan alat yang bernama Rockwell Hardness Test. Berikut ini merupakan gambar beserta data dari mesin uji kekerasan rockwell :
Nama alat        : Rockwell Hardness Test
Merk                : AFFRI Seri 206.RT-206.RTS
Loading           : Maximum 150 KP dan Minimum 60 KP
Spesifikasi       : HR C Load   : 150 KP
Indentor       : Kerucut Diamond 1200
HR B Load    : 100 KP
Indentor       : Steel Ball Æ 1/16”
HR A Load    : 60 KP
Indentor       : Kerucut Diamond 1200

Cara Penggunaan Mesin Uji Kekerasan Rockwell
Mesin uji kekerasan rockwell (rockwell hardness test) harus dipelajari dulu secara seksama. Mesin yang ada merupakan mesin yang digunakan untuk uji rockwell HRA, HRB, HRC, HRD, HRF, HRG selanjutnya sebelum dimulai pengujian indetor harus dipasang terlebih dahulu sesuai dengan jenis pengujian yang diperlukan baik itu indetor bola baja maupun kerucut diamond. Setelah indetor terpasang, letakan specimen yang akan diuji kekerasannya ditempat yang tersedia dan menyetel beban yang akan digunakan untuk proses penekanan. Nilai kekerasan dapat dilihat pada jarum yang terpasang pada alat ukur berupa dial indicator pointer.
Uji Brinell
Uji brinell dilakukan dengan penekanan sebuah bola baja yang terbuat dari baja chrom yang telah dikeraskan dengan diameter tertentu, oleh gaya tekan secara statis kedalam permukaan logam yang diuji harus rata dan bersih. Setelah gaya tekan ditiadakan dan bola baja dikeluarkan dari bekas lekukan, maka diameter paling atas dari lekukan tadi diukur secara teliti untuk kemudian dipakai untuk penentuan kekerasan logam yang diuji dengan menggunakan rumus:

Dimana : P = Beban yang diberikan (KP atau Kgf).
D = Diameter indentor yang digunakan.
d = Diameter bekas lekukan.
Kekerasan ini disebut kekerasan brinell yang biasa disingkat dengan HB atau BHN (Brinell Hardness Number). Bertambah keras logam yang diuji bertambah tinggi nilai HB. Bahan-bahan atau perlengkapan yang digunakan untuk uji kekerasan brinell adalah sebagai berikut :
Mesin uji kekerasan brinell
Bola baja untuk brinell (brinell ball)
Mikroskop pengukur
Stop watch
Mesin gerinda
Ampelas kasar dan halus
Benda uji (test specimen)
Mesin Percobaan Kekerasan Brinell
Mesin uji kekerasan brinell (Brinell Hardness Test) harus dipelajari dulu dan bila perlu mencatat hal-hal yang kiranya nanti diperlukan bagi pembuatan laporan, misalnya sebagai berikut:
Merek, type, nomor seri, tahun pembuatan, dan kemampuan mesin secara keseluruhan.
Bagian-bagian utama dari mesin.
Gambar sketsa mesin secara keseluruhan.
Cara-cara pemakaian mesin.
Bila memakai bola baja untuk uji brinell, biasanya yang terbuat dari baja chrom yang telah disepuh atau ada juga cementite carbide, bola brinell ini tidak boleh berdeformasi sama sekali disaat proses penekanan kepermukaan logam uji. Standar dari bola brinell yaitu mempunyai Ø 10 mm atau 0,3937 in, dengan penyimpangan maksimal 0,005 mm atau 0,0002 in. Selain yang telah distandarkan seperti diatas terdapat juga bola-bola brinell dengan diameter lebih kecil (Ø 5 mm, Ø 2,5 mm, Ø 2 mm, Ø 1,25 mm, Ø 1 mm,  Ø 0,65 mm) yang juga mempunyai toleransi-toleransi tersendiri. Misalnya untuk diameter 1 s/d 3 mm adalah lebih kurang 0,0035 mm, antara 3 s/d 6 adalah 0,004 mm dan antara 6 s/d 10 adalah 0,005 mm. Karena penggunaannya tergantung pada gaya tekan (P) dan jenis logam yang diuji, maka praktikan harus dapat memilih diameter bola yang paling sesuai. Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam melakukan percobaan yaitu:
Periksa dan persiapkan specimen sehingga siap untuk diuji.
Periksa dan persiapkan mesin untuk dipakai.
Lakukan pemeriksaan pada pembebanan, diameterbola baja yang digunakan, dan alat pengukur waktu.
Bebaskan beban tekan dan keluarkan bola dari lekukan lalu pasang alat optis untuk melihat bekas yang kemudian diameter bekas tadi diukur secara teliti dengan mikrometer pada mikroskop. Pengukuran diameter ini untuk sebuah lekuk dilakukan dua kali secara bersilang, tegak lurus dan baru dari dua nilai diameter yang diperoleh diambil rata-ratanya untuk kemudian dimasukan kedalam rumus brinell untuk memperoleh hasil kekerasan brinell (HB).
Lakukanlah proses pengujian sebanyak lima kali sehingga diperoleh nilai rata-rata dari uji kekerasan brinell tersebut.
Yang perlu diperhatikan adalah jarak dari titik pusat lekukan baik dari tepi specimen maupun dari tepi lekukan lainnya harus paling kurang 2 dan 3/2 diameter lekukan.
Uji Kekerasan Vickers
Uji vickers ini didasarkan kepada penekanan oleh suatu gaya tekan tertentu oleh sebuah indentor berupa pyramid diamond terbalik yang memiliki sudut puncak kepermukaan logam yang diuji kekerasannya, dimana permukaan logam yang diuji ini harus rata dan bersih.
Setelah gaya tekan secara statis ini kemudian ditiadakan dan pyramid diamond dikeluarkan dari bekas yang terjadi (permukaan bekas merupakan segi empat karena piramid merupakan piramid sama sisi), maka diagonal segi empat bekas teratas diukur secara teliti untuk kemudian digunakan sebagi kekerasan logam yang diuji. Nilai kekerasan yang diperoleh sedemikian itu disebut kekerasan vickers yang biasa disingkat denga Hv atau HVN (Vicker Hardness Number). Untuk memperoleh nilai kekerasan vickers maka hasil penekanan yang diperoloeh dimasukkan kedalam rumus:

Bahan-bahan atau perlengkapan yang biasa digunakan untuk uji kekerasan vickers adalah sebagai berikut:
Mesin percobaan kekerasan vickers
Indentor pyramid diamond
Mikroskop pengukur diagonal bekas
Stop watch
Mesin gerinda
Ampelas kasar dan halus
Benda uji (test specimen)
Mesin Percobaan Uji Kekerasan Vickers
Mesin percobaan kekerasan vickers (vickers hardness test) harus dipelajari dulu. Maka dari itu hal yang penting dipelajari adalah bagaimana menggunakan alat uji kekerasan vickers ini, dalam hal memasang indentor pyramid diamond, meletakan specimen di tempatnya, menyetel beban yang akan dipakai, melihat dan mengukur diagonal persegi empat teratas dari bekas yang terjadi seteliti mungkin.
Percobaan Metallographi
Ilmu logam dibagi menjadi dua bagian khusus, yaitu metalurgi dan metallografi. Metalurgi adalah ilmu yang menguraikan tantang cara pemisahan logam dari ikatan unsur-unsur lain. Atau cara pengolahan logam secara teknis untuk memperoleh jenis logam atau logam paduan yang memenuhi kebutuhan tertentu. Sedangkan metallografi adalah ilmu yang mempelajari tentang cara pemeriksaan logam untuk mengetahui sifat, struktur, temperatur dan prosentase campuran logam tersebut. Metallografi merupakan suatu pengetahuan yang khusus mempelajari struktur logam dan mekanisnya. Dalam metallografi dikenal pengujian makro (makroscope test) dan pengujian mikro (mikroscope test).
Pengujian makro (makroscope test) ialah proses pengujian bahan yang menggunakan mata terbuka dengan tujuan dapat memeriksa celah dan lubang dalam permukaan bahan. Angka kevalidan pengujian makro berkisar antara 0,5 sampai 50 kali. Pengujian cara demikian biasanya digunakan untuk bahan-bahan yang memiliki struktur kristal yang tergolong besar atau kasar. Misalnya, logam hasil coran (tuangan) dan bahan yang termasuk non-metal (bukan logam).
pengujian mikro (mikroscope test) ialah proses pengujian terhadap bahan logam yang bentuk kristal logamnya tergolong sangat halus. Mengingat demikian halusnya, sehingga pengujiannya menggunakan suatu alat yaitu mikroskop optis bahkan mikroskop elektron yang memiliki kualitas pembesaran antara 50 hingga 3000 kali.
Pengujian metallografi dapat memberikan gambar-gambar dari struktur logam yang diuji sehingga dapat diteliti lebih lanjut mengenai hubungan struktur pembentuk logam dengan sifat-sifat logam tersebut. Bahan-bahan dan perlengkapan untuk percobaan metallografi yaitu:
Grinding belt
Kertas amplas dan pemegangnya
Metallographic polishing table
Bejana untuk etching reagents
Etching reagent
Mikroskop metalurgi
Camera
Film
Printing paper
Specimen atau benda uji
Penjelasan mengenai bahan-bahan dan perlengkapan untuk percobaan metallografi yaitu:
Grinding belt dan kertas amplas. Grinding belt digunakan untuk penggosokkan kasar permukaan specimen yang dilanjutkan dengan kertas amplas no. 400, setelah itu penggosokkan halus dengan kertas amplas no. 600, no. 800, dan no. 1000 dan terakhir no. 1200.
Metallographic polishing table. Metallographic polishing table yaitu sebuah mesin poles yang digunakan untuk lebih memperhalus permukaan yang telah mengalami pengosokan halus dengan berbagai macam no. amplas. Mesin ini mempunyai sebuah piringan yang mana diatasnya terdapat semacam kain beludru. Bila proses polishing dilakukan harus menggunakan obat asah (polishing abrasive) agar betul-betul diperoleh permukaan yang halus tanpa cacat.
Bejana dan etching reagents. Bejana diperlukan untuk tempat etching reagents (echant) yang akan digunakan bagi pekerjaan ”etsa” permukaan specimen yang telah mengalami polishing. Meng-etsa (etching) dengan etching reagents (bahan etsa) dilakukan sehingga diperoleh gambaran yang nyata dari permukaan specimen, sehingga dalam keadaan siap diletakkan dibawah mikroskop.
Mikroskop optis. Mikroskop optis digunakan untuk memperbesar gambaran yang nyata dari permukaan specimen yang yang telah mengalami etching, sehingga dapat dilihat secara jelas sekali struktur logam (specimen) yang pembesarannya bagi mikroskop optis ini lebih dari 50X sampai 400X. Jelas atau tidaknya gambar struktur yang diperoleh bergantung sekali baik kepala index pembesaran mikroskop dan numerical apertu lensa objective  yang digunakan.
Camera. Camera digunakan untuk memotret gambar struktur yang sedang terlihat dibawah mikroskop, sehingga camera ini harus dapat dipasang pada mikroskop untuk dapat melakukan pemotretan mikro struktur dengan mudah dan cepat.
Langkah-langkah yang harus ditempuh untuk melakukan uji metallografi dari suatu specimen adalah sebagai berikut:
Pemotongan. Pemotongan specimen cukup dalam dimensi yang tidak terlalu besar (<10 x 10 x 10mm) dan tidak boleh terjadi panas berlebihan dalam proses pemotongan untuk menghindari rusaknya stuktur specimen tersebut akibat panas.
Penyalutan (mounting). Karena benda kerja yang kecil sukar untuk dipegang pada proses penggerindaan dan pemolesan, maka perlu disalut lebih dahulu. Sebagai penyalut digunakan bahan thermoplastik, seperti resin. Bahan penyalut ini mencair pada temperature 150 oC.
No
Plastic
Type
Catatan

1
Phenolic ( contohnya Bakelit)
Thermosetting
Memerlukan pengontrolan panas dan tekanan dengan secukupnya memberikan bahan pelarut dengan perlahan-lahan.

2
Diall phthalate (Prepolimer)
Thermosetting
Memerlukan pengontrolan suhu panas antara 130o-140o tekanan, penyusutan rendah, dan karakteristik polishing yang baik.

3
Phenolic varnish
Thermosetting
Untuk pengisian vakum oxide  film.

No
Plastic
Type
Catatan
4
Epoxy Resin (contohnya araldite)
Liquid various
Aratiide grade ialah suatu cairan tuangan resin yang memberikan penyalutan yang baik tanpa panas dan tekanan, perlahan-lahan waktu proses mounting.
5
Polyvinyl chloride
Thermosetting
Penyusutan rendah, lamban biasa pelarut tetapi penyelesaian, dengan glacialacetic acai.
Penggerindaan/pengamplasan. Proses ini menggunakan kertas amplas yang kasar sampai halus. Tingkat kehalusan kertas amplas ini ditentukan oleh ukuran serbik silicon carbida yang menempel pada kertas tersebut. Misalnya ada amplas yang memiliki tingkat kehalusan hingga 220, angka 220 menunjukkan bahwa serbuk silicon carbida pada kertas amplas itu bisa lolos dari ayakan hingga mencapai 220 lubang pada luas 1 inchi2 (sekitar 625 mm2). Untuk langkah pertama penggosokkan menggunakan amplas no. 400 dalam satu arah pada permukaan specimen yang akan diteliti keadaan strukturnya. Setelah itu menggosok kasar lanjutan permukaan specimen tersebut dengan kertas amplas no. 600 dengan arah lurus arah penggosokkan pertama (arah kedua), dilanjutkan penggosokan halus permukaan tersebut dengan amplas no. 800 dengan arah sama dengan arah pertama. Penggosokkan halus permukaan dengan amplas no. 1000 dan dilanjutkan no. 1200 dengan arah sama dengan arah penggosokkan kasar lanjut.
Pemolesan. Benda uji yang telah melewati proses penggerindaan diteruskan ke proses pemolesan. Mesin yang digunakan adalah mesin poles metallografi. Mesin ini terdiri dari piringan yang berputar diatasnya diberi kain poles terbaik. Kain ini dikenal dengan kain selvyt (beludru). Cara pemolesannya, benda uji diletakkan diatas piringan yang berputar, kain poles diberi sedikit pasta oles. Pasta oles yang biasa digunakan adalah alumina (Al2O3). Dalam istilah perdagangan diberi nama autosol atau gama alumina. Bila garis-garis bekas amplasan masih terlihat, pemolesan diteruskan. Dan bila tampak sudah rata, specimen dibersihkan dan dilanjutkan dengan pengetsaan.
Pengetsaan. Hasil pemolesan yang terakhir akan menghasilkan suatu laspisan yang menutupi permukaan struktur logam. Agar struktur mikro dapat terlihat dengan jelas dibawah mikroskop, lapisan tersebut harus dilarutkan (dihilangkan) dengan cara mengetsa. Mengetsa dalam kamus dapat diartikan sebagai proses pembuatan gambar atau ukiran pada pelat tembaga yang dilapisi lilin dengan benda tajam, kemudian membiarkan garis-garis yang diperoleh itu terkena korosi cairan asam. Hasil pemprosesan ini ialah etsa, yaitu untuk pemeriksaan makro dan mikro yang biasa dipakai dalam metallografi.
Bahan larutan yang digunakan untuk etsa makro adalah:
Hidrochoric, komposisinya 50% asam hydrochloric dalam air dengan suhu antara 70o-80oC dan waktu yang dibutuhkan 1 jam. Pemakaiannya untuk bahan baja dan besi.
Sulphuric, komposisinya 20% asam sulphuric dalam air dengan suhu 80oC dan waktu yang diperlukan antara 10 hingga 20 detik. Pemakaiannya untuk bahan besi dan baja.
Nitric, komposisinya 20% asam nitric dalam air, hanya saja nitric boleh dingin jika cocok. Pemakaiannya untuk bahan besi dan baja.
Alcoholic feric chloride, komposisinya 96 cm3 ethyl alcohol, 59 gram feric chloride, dan 2 cm3 asam hydrochloric.
Bahan etsa, komposisinya copper ammonium chloride 9 gram dan air 91 ml, specimen untuk baja. Waktu etsa lebih lama daripada etsa mikro struktur.
Untuk mengetsa baja agar didapat hasil etsa yang dalam dan tebal lapisannya digunakan bahan etsa yang baik, yaitu hydrochloric acid (HCl) 140 ml, sulphuric acid (H2SO4) 3 ml, dan air 50 ml dengan waktu etsa antara 15 hingga 20 menit.
Specimen alumunium atau campuran alumunium bahan etsa adalah hydroflorideacid (HF) 10 ml, nitrid acid (HNO3) 1 ml, dan air 200 ml, waktu pengetsannya sangat singkat dan karena itu, jika terjadi lapisan hitam yang tebal dapat dihilangkan dengan cara merendam pada asam nitrat (HNO3). Waktu pengetsaan ini lebih lama daripada etsa untuk mikro struktur.
Setelah melakukan pengetsaan, dapat dilihat bagian mana yang bengkok atau mengambang dari serat (alur) benda kerja tersebut. Macro test ini biasanya dilakukan pada benda yang pembuatannya ditempa, dituang dan hasil pengerolan.
Bahan larutan yang digunakan untuk etsa mikro adalah:
Asam nitrat, komposisinya asam nitrat 2 ml dan alkohol 95% atau 98 ml. Pemakaiannya untuk bahan karbon, baja paduan rendah, dan baja paduan sedang. Waktu yang diperlukan beberapa detik sampai menit.
Asam pikrat, komposisinya pikrat 4 gram, alkohol 95% atau 98 ml. Pemakaiannya untuk baja karbon dalam keadaan normal, dilunakan, dikeraskan (hardening) dan ditemper (tempering). Waktu pengetsannya sampai sampai beberapa detik sampai 1 menit.
NH4OH H2O2, komposisinya NH4OH sebagai dasar dan H2O2 beberapa tetes. Pemakaiannya untuk bahan tembaga dan paduannya. Waktu pengetsannya sampai sampai bahan uji berwarna biru.
Bahan etsa adalah natal 2%, yaitu 2 ml asam nitrat (HNO3) dan 98 ml methyl alkohol dalam waktu 10-30 detik.
Bahan etsa menggunakan asam yang terdiri dari 10% ammonium ferisulfat, 25% ammonium acrocide NH4(OH), dan 65% larutan asam chroom dalam waktui 10-30 detik. Pemakaiannya untuk tembaga dan campurannya.
Cara mengetsa:
Setelah bahan uji melalui beberapa tahapan, maka benda uji dapat langsung dietsa, caranya tempatkan asam yang akan digunakan untuk mengetsa pada sebuah cawan, kemudian celupkan permukaan benda uji pada asam tersebuit dengan waktu yang telah ditetapkan , lalu cuci dengan air hangat (alkohol) untuk menghentikan reaksi. Lalu keringkan dengan udara (kompresor).
Pengaruh etsa:
Etsa larutan kimia sangat mempengaruhi bentuk permukaan benda uji. Dengan kata lain, baik tidaknya hasil pengetsaan sedikit banyak dipengaruhi oleh larutan kimia untuk pengetsaan. Setelah bahan uji dietsa, diatas seluruh permukaan benda uji akan tampak garis-garis yang tidak teratur. Garis-garis yang tampak itu menunjukkan adanya batas antar butir kristal logam tersebut.
Untuk memperjelas bentuk dan corak butir-butir kristal yang berbeda jenisnya itu, bisa diamati dengan menggunakan mikroskop. Dengan mikroskop ini kita bisa menunjukkan adanya perbedaan beberapa elemen yang terkandung dalam bahan uji tersebut meskipun begitu, tidak semua proses pengetsaan menghasilkan hasil etsaan yang memuaskan. Dengan kata lain, dalam satu proses pengetsaan terkadang kita tidak berhasil mengetsa benda yang kita uji. Terjadinya kegagalan ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, seperti :
Benda kerja kotor karena terlalu lunak atau ada minyak.
Pada waktu mencuci, benda kerja tidak bersih.
Kurangnya waktu pengetsaan
Terlalu lama waktu yang digunakan dalam pengetsaan.
Salah memilih dan menggunakan cairan etsa (etcing reagent).
Mikroskop
Pada dasrnya, mikroskop terdiri dari dua buah lensa positif. Lensa yang menerima sinar langsung dari bendanya atau lensa dekat dengan benda yang akan dilihat disebut lensa objective, sedangkan lensa yang dipasang dekat dengan mata disebut lensa okuler.
Pembesaran total oleh mikroskop ini didefinisikan sebagai perbandingan antara tangen ”sudut buka bayangan akhir” dan sudut ”buka tanpa menggunakan alat” pembesaran sebuah mikroskop biasanya berkisar 50, 100, 200, 400, dan 1000 kali dari besar benda uji.
Perhitungan pembesaran struktur mikro
Rumus dasar:
LOK x LOB x FK x Ukuran Foto
Keterangan:
LOK = Lensa okuler (nilai 2,5)
LKB = Lensa objective/Lensa yang dipakai mikroskop
FK   =  Faktor kamera (nilai 1)
Ukuran foto 3R nilai 4
Contoh:
–    LOB = 10 maka perbesarannya ?
Perbesaran = LOK x LOB x FK x Ukuran Foto
=  2,5 x 10 x 1 x 4 = 100 kali
–    LOB = 40 maka perbesarannya ?
Perbesaran = LOK x LOB x FK x Ukuran Foto
=  2,5 x 40 x 1 x 4 = 400 kali
Alat Uji Metallografi
Adapun spesifikasi alat yang digunakan untuk melakukan pengujian metallografi, adalah sebagai berikut:
Tyepiece                      : NWF 10 X
Objective                     : MSFX, MF 10 X, MF 20 X, MF 40 X.
Viewing Head           : Binocular body complete with interpupillary distance
Illuminator                : Koehler-type illuminator complete with aperture and field
                                          diaphragms, filter slots and bulb cord. Uses EL-38 (8V,   15  W) tungsten filament bulb
Mechanical Stage    : Graduated 150 x 160 mm in size 30 x 30 mm cross   motion, reading to 0,1by vernier. Provided with low
                                            position stage controls.
Focusing Control      : Stage height is adjustable by the control knob and fixed by
                                            locking knob. Fine controls are workable in arrange of 2    mm.
Photo Mechanic         : Optical path selector for visual abservation and
                                              photography, built in reflecting mirror and camera port.
Plarizing Filters          : Built in slideway, complete with analyzer, rotatable
                                             through 00-90, and polarizer filter.
Microscope Stand       : Inverrted stand, complete with built in plane glass
                                              reflector, built in power supply transformer, variable light
                                             intensity control, out put sockets.
Color Filters                 : Green filters for visual abservation and monochromatic
                                             film photography, and blue filter for color photography.

Uji Impact Charpy
Tujuan uji impact charpy adalah untuk mengetahui kegetasan atau keuletan suatu bahan (specimen) yang akan diuji dengan cara pembebanan secara tiba-tiba terhadap benda yang akan diuji secara statik. Dimana benda uji dibuat takikan terlebih dahulu sesuai dengan standar JIS Z2202 dan hasil pengujian pada benda uji tersebut akan terjadi perubahan bentuk seperti bengkokan atau patahan sesuai dengan keuletan atau kegetasan terhadap benda uji tersebut.
Percobaan uji impact charpy dilakukan dengan cara pembebanan secara tiba-tiba terhadap benda uji yang akan diuji secara statik, dimana pada benda uji dibuat terlebih dahulu sesuai dengan ukuran standar JIS Z2202. Adapun perlengkapan yang digunakan dalam pengujian impact yaitu alat uji impact tipe charphy dan benda uji (test specimen).
Mesin Uji Impact
Mesin uji bentur (impact) yang digunakan untuk mengetahui harga impak suatu bahan yang diakibatkan oleh gaya kejut pada bahan uji tesebut. Tipe dan bentuk konstruksi mesin uji bentur beranekaragam mulai dari jenis konvensional sampai dengan sistem digital yang lebuh maju.
Dalam pembebanan statis dapat juga terjadi laju deformasi yang tinggi kalau bahan diberi takikan, maka tajam takikan makin besar deformasi yang terkonsentrasikan pada takikan, yang memungkinkan meningkatkan laju regangan beberapa kali lipat.
Patah getas menjadi permasalahan penting pada baja dan besi. Pengujian impact charpy banyak dipergunakan untuk menentukan kualitas bahan. Benda uji takikan berbentuk V yang mempunyai keadaan takikan 2 mm banyak dipakai. Permukaan benda uji pada impact charpy dan izod dikerjakan halus pada semua permukaan. Takikan dibuat dengan mesin freis atau alat notch khusus takik. Semua dikerjakan menurut standar yang ditetapkan (JIS Z2202).
Pada pengujian ini adalah suatu bahan uji yang ditakikan, dipukul oleh pendulum (godam) yang mengayun. Dengan pengujian ini dapat diketahui sifat kegetasan suatu bahan. Cara ini dapat dilakukan dengan cara charpy atau cara izod. Pada pengujian kegetasan bahan dengan cara impact charpy, pendulum diarahkan pada bagian belakang takik dari batang uji. Sedangkan pada pengujian impact cara izod adalah pukulan pukulan pendulum diarahklan pada jarak 22 mm dari penjepit dan takikannya menghadap pendulum.
Prinsip Dasar mesin Uji Impact
Bila pendulum dengan berat G dan pada kedudukan h1 dilepaskan, maka akan mengayun sampai kedudukan fungsi akhir 4 pada ketinggian h3 yang juga hamper sama dengan tinggi semula h1 dimana pendulum mengayun bebas. Pada mesin uji yang baik, skala akan menunjukkan usaha lebih dari 0,05 kilogram meter (kg m), pada saat pendulum mencapai kedudukan 4.
Bila batang uji dipasang pada kedudukannya dan pendulum dilepaskan, maka pendulum akan memukul batang uji dan selanjutnya pendulum akan mengayun sampai kedudukan 3 pada ketinggian h2. Usaha yang dilakukan pendulum waktu memukul benda uji atau usaha yang diserap benda uji sampai patah yaitu:

Dan dapat juga dengan menggunakan persamaan berikut:

Dimana :
W1       = Usaha yang dilakukan (kg m).
G          = Berat pendulum (kg).
h1        = Jarak awal antara pendulum dengan benda uji (m).
Λ          = Jarak lengan pengayun (m).
cos α   = Sudut posisi awal pendulum.
Sedangkan sisa usaha  setelah mematahkan benda uji adalah sebagai berikut.

dan dapat juga dengan menggunakan persamaan berikut:

Dimana :
W2         = Sisa usaha setelah mematahkan benda uji (kg m).
G             = Berat pendulum (kg).
h2           = Jarak akhir antara pendulum dengan benda uji (m).
λ              = Jarak lengan pengayun (m).
cos β      = Sudut posisi akhir pendulum.
Besarnya usaha yang diperlukan untuk memukul patah benda uji adalah:

dan dapat juga dengan menggunakan persamaan berikut:

Dimana :
W        = Usaha yang diperlukan mematahkan benda uji (Kg m).
W1      = Usaha yang dilakukan (Kg m).
W2      = Sisa usaha setelah mematahkan benda uji (Kg m).
G          = Berat pendulum (Kg).
λ           = Jarak lengan pengayun (m).
cos α   = Sudut posisi awal pendulum.
cos β   = Sudut  posisi akhir pendulum.
dan besarnya harga impact dapat digunakan persamaan berikut:

Dimana :          K = nilai impact (Kg m/mm2)
W= Usaha yang diperlukan mematahkan uji (Kg m)
Ao= Luas penampang dibawah tatikan (mm2)
Alat Uji Impact Tipe Charpy Kapasitas 85 Joule
Alat uji impact tipe charpy seperti pada gambar 2.3 dan 2.4 merupakan suatu alat uji yang digunakan untuk mengukur kegetasan dan keuletan pada benda uji dengan standar JIS Z2202. Berat pendulum yang digunakan pada alat uji impact tipe charpy ini 8 kg dean panjang lengan pengayun 600 mm. Pada alat ini menghasilkan besar energi (W1) pada setiap sudut waktu mematahkan benda uji dan sisa usaha (W2) setelah mematahkan benda uji.
Adapun spesifikasi alat uji impact tipe charpy ini adalah sebagai berikut :
Tipe alat uji                                                : Charpy
Kapaditas                                                    : 85 J
Berat go0dam (pendulum)                  : 8 Kg
Jarak titik ayun dengan titik pukul   : 600 mm
Posisi awal pemukulan                           : 140o
Sudut pisau pemukul                              : 30o
Dimensi alat uji                                         : 750 x 400 x 1000 mm
Standar bahan uji                                     : Alumunium
Alat uji impact tipe charpy ini mempunyai beberapa bagian-bagian utama yang terdiri dari :
–          Badan alat uji impact
–          Pendulum
–          Lengan pengayun
–          Poros pengayun
–          Bearing
–          Tempat benda uji
–          Busur derajat dan jarum penunjuk
–          Pisau pemukul


Bagian-bagian alat uji impact tipe charpy tersebut saling mendukung dan saling melengkapi sastu sama lain dalam penggunaan alat uji tersebut. Penjelasan dari masing-masing bagian-bagian alat uji impact tipe charpy adalah sebagai berikut:
a.   Badan alat uji impact
Badan alat uji impact terbuat dari baja profil U 70 x 40 mm dengan tebal baja 5 mm. Sedangkan dimensi dari badan alat uji impact ini adalah 750 x 100 x 1000 mm. Proses pengerjaan yang dilakukan dalam pembuatan badan alat uji impact ini adalah proses penyambungan atau proses pengelasan. Badan alat uji impact berfungsi sebagai tempat dudukan dari bearing dan tempat benda uji. Berikut ini adalah gambar badan alat uji impact tipe charpy.
b.   Pendulum
Pendulum berfungsi sebagai beban yang akan diayunkan ke benda uji dan juga terdapat pisau pemukul untuk mematahkan benda uji. Pendulum terbuat dari baja pelat silinder Ø 230 x 30 mm dengan berat 8 kg. Pada bagian atas pendulum dihubungkan ke bagian lengan pengayun dengan cara dilas.
c.   Lengan pengayun
Lengan pengayun berfungsi untuk meneruskan gerakan ayunan dari poros ke pendulum. Legan pengayun ini terbuat dari baja silinder Ø 20 x 600 mm, pada bagian atasnya dihubungkan ke poros dengan dilas dan pada bagian bawahnya dihubungkan ke pendulum dengan cara dilas.
d.   Poros pengayun
Poros pengayun berfungsi sebagai penerus ayunan dari bearing ke lengan pengayun dan pendulum. Poros pengayun terbuat dari baja silinder Ø 25 x 450 mm. Pada bagian ujung kanan dan kirinya dihubungkan ke bearing dan pada bagian tengahnya dihubungkan ke lengan pengayun dengan cara dilas.
e.   Bearing
Bearing berfungsi sebagai pengayun poros. Bearing yang digunakan adalah bearing dengan ukuran diameter dalam atau diameter poros 25 mm. Bearing ditempatkan pada bagian atas kiri pada badan alat uji impact dengan cara dibaut.
f.   Tempat benda uji
Tempat benda uji berfungsi sebagai tempat diletakannya benda uji yang akan dilakukan pengujian. Tempat benda uji ini terbuat dari baja profil U 70 x 40 mm dengan tebal 5 mm. Tempat benda uji dilas menyatu dengan badan alat uji impact.
g.   Busur derajat dan jarum penunjuk
Busur derajat berfungsi sebagai alat prngukur atau alat baca dari hasil pengujian. Jarum penunjuk berfungsi untuk menunjukan angka pada busur derajat yang merupakan hasil dari pengujian. Jarum penunjuk dihubungkan dengan poros pengayun dengan dibaut, sehingga arahnya sesuai dengan arah ayunan poros pengayun.
h.   Pisau pemukul
Pisau pemukul berfungsi untuk memukul benda uji yang telah dibuat takikan, posisi pisau pada saat akan memukul adalah dibelakang kakikan benda uji. Bahan pisau pemukul ini harus lebuh keras dari benda yang akan diuji dan sudut pemukul pisau adalah 30 derajat.
Besar Sudut
a
Energi (W1)
(Kg.m)
Energi (W1)
(J)
100
0,0768
0,768
200
0,292
2,92
300
0,6432
6,432
400
1,1232
11,232
500
1,7184
17,184
600
2,4
24
700
3,1584
31,584
800
3,9667
39,667
900
4,8
48
1000
5,6332
56,332
1100
6,4416
64,416
1200
7,2
72
1300
7,8816
78,816
1400
8,4768
84,768
Besar Sudut
b
Sisa Usaha (W2)
(Kg.m)
Sisa Usaha (W2)
(J)
100
0,0768
0,768
150
0,168
1,68
200
0,292
2,92
250
0,4512
4,512
300
0,6432
6,432
350
0,8688
8,688
400
1,1232
11,232
450
1,4064
14,064
500
1,7184
17,184
550
2,0496
20,496
600
2,4
24
650
2,7744
27,744
700
3,1584
31,584
750
3,5616
35,616
800
3,9667
39,667
850
4,3824
43,824
900
4,8
48
950
5,2176
52,176
1000
5,6332
56,332
1050
6,0384
60,384
1100
6,4416
64,416
1150
6,8256
68,256
1200
7,2
72

Besar Sudut
b
Sisa Usaha (W2)
(Kg.m)
Sisa Usaha (W2)
(J)
1250
7,5504
75,504
1300
7,8816
78,816
1350
8,1936
81,936
1370
8,3088
83,088
Pengujian Impact Charpy
Benda uji yang akan diuji pada alat uji impact tipe charpy ini harus dibuat dengan standar yang telah ditetapkan yaitu JIS Z2202. Adapun langkah-langkah pengujian impact tipe charpy ini adalah sebagai berikut :
Meletakan benda uji ditempat benda uji pada alat uji impact. Penenmpatan benda uji harus benar-benar pas berada pada posisi tengah-tengah dimana pisau pada pendulum berada pas sejajar dengan takikannya tersebut
Menyetel posisi jarum pada 0 derajat
Mengangkat pendulum sejauh 140o dengan cara memutar berlawanan arah jarum jam secara perlahan-lahan
Melepaskan pendulum untuk mengayun dan mematahkan benda uji
Lihat dan catat hasil data yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk pada busur derajat
melakukan perhitungan dari dat pengujian yuang telah diperoleh, yaitu menghitung besarnya usaha (W) dan harga impact (K) dengan menggunakan persamaam berikut:

Dimana:
W              = Besarnya usaha untuk mematahkan benda uji (kg m).
G               = Berat pendulum (godam) yang digunakan (kg).
λ               = Panjang lengan pengayun.
cos β       = Sudut awal pendulum terhadap benda uji.
cos α       = Sudut akhir pendulum terhadap benda uji.

Dimana :
K   = Nilai impact (Kg m/mm2).
W  = Usaha yang diperlukan mematahkan uji (Kg m).
Ao = Luas penampang dibawah tatikan (mm2).



Pendekatan/Strategi/Metode Pembelajaran
1.      Pendekatan     : Scientific
2.      Metode            : Diskusi, Eksperimen, dan Penugasan, dll
3.      Model              : Discovery Learning

Media, Alat, Bahan dan Sumber Belajar
Media
·         Tab 4 samsung 10 in
Sumber Belajar
1.Buku Teori bahan teknik
2.Buku referensi dan artikel yang sesuai
3. https://fariedpradhana.wordpress.com/tag/pengujian-logam/


Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Alokasi Waktu
Guru
Siswa
Pendahuluan
1.      Memberikan salam, mengkondisikan kelas dan pembiasaan, mengajak dan memimpin berdoa, menanyakan kondisi siswa dan mempresensi
2.      Memberi motivasi pada siswa
3.      Melakukan apersepsi dan pretest
4.      Menyampaikan kompetensi dasar, tujuan pembelajaran, metode, dan penilaian

Mengamati
·         Memperagakan
·         Meminta siswa supaya mengamati peragaan dan sumber belajar
·         Mengamati dan membimbing siswa

1.    Menjawab salam, menertibkan tempat duduk dan menertibkan diri, berdoa, menjawab keadaan kondisinya, dan kehadirannya
2.    Termotivasi
3.    Memperhatikan dan mengerjakan pretest
4.    Memperhatikan


Mengamati
·      Memperhatikan
·      Mengamati peragaan dan sumber belajar
·      Menanyakan hal – hal yang belum jelas dalam pengamatan
10 menit
Inti
Mengamati
·         Memperagakan
·         Meminta siswa supaya mengamati peragaan dan sumber belajar
·         Mengamati dan membimbing siswa

Menanya
·         Meminta siswa supaya melakukan diskusi mulai dari mengidentifikasi dan merumuskan masalah terhadap obyak yang diamati pada kelompoknya
·         Mengamati, membimbing, dan menilai kegiatan siswa

Mencoba/mengumpulkan informasi
·         Memberikan permasalahan dan meminta siswa untuk melakukan percobaan/praktek pada kelompoknya
·         Mengamati, membimbing , dan menilai kegiatan siswa



Mengasosiasi/menganalisis informasi
·         Mengarahkan siswa supaya menggali informasi/mengumpulkan data, menganalisa, dan membuat kesimpulan
·         Mengamati, membimbing, dan menilai kegiatan siswa

Mengkomunikasikan
·         Meminta untuk membuat laporan dan menyimpulkan hasil percobaan/praktek dalam kelompoknya
·         Meminta setiap perwakilan kelompok untuk menyampaikan/menampilkan hasil percobaan/praktek dan kesimpulan diskusi
·         Mengamati, membimbing, dan menilai kegiatan siswa

Mencipta
·         Meminta siswa supaya mewujudkan/mempraktekan hasil kajian teoritis dari kegiatan mengkomunikasikan

Mengamati
·      Memperhatikan
·      Mengamati peragaan dan sumber belajar
·      Menanyakan hal – hal yang belum jelas dalam pengamatan

Menanya
Melakukan diskusi, mengidentifikasi masalah dan merumuskan masalah di kelompoknya





Mencoba
Melakukan percobaan/ praktek di kelompoknya









Mengasosiasi
Mengumpulkan informasi/ data, melakukan analisis, dan menyimpulkan






Mengkomunikasikan
·      Membuat laporan dan kesimpulan hasil percobaan/ praktek dalam kelompoknya
·      Mempresentasikan hasil percobaan/ praktek beserta kesimpulannya






Mencipta
Mewujudkan/ mempraktekkan hasil kajian teoritis dari kegiatan mengkomunikasikan
70 menit
Penutup
1.      Mengajak dan mengarahkan siswa untuk membuat rangkuman/ kesimpulan
2.      Memberikan evaluasi/ penilaian dalam bentuk post test/ tugas
3.      Memberikan remidi/ pengayaan dalam bentuk tugas
4.      Memberikan arahan tindak lanjut pembelajaran, (mengajak dan memimpin berdoa untuk pelajaran terakhir)
1.    Membuat rangkuman/ kesimpulan bersama guru
2.    Mengerjakan tes/ tugas yang diberikan
3.    Mencatat tugas yang diberikan untuk dikerjakan dirumah
4.    Memperhatikan arahan guru (berdoa)
10 menit

A.    PenilaianHasilBelajar
1.       Teknik Penilaian :
a.       KI-1 dan KI-2 dengan pengamatan / observasi.
b.      KI-3 dengan Tes Tertulis.
c.       KI-4 dengan portofolio
2.         Bentuk Instrumen dan Instrumen
a)      Bentuk Instrumen: Tes tertulis (Uraian)
Instrumen:
1.      Sebutkan jenis-jenis teknik pengujian logam (ferros dan non ferros) beserta fungsinya ?
2.      Sebutkan dan jelaskan klasifikasi teknik pengujian logam (ferros dan non ferros)!
3.      Sebutkan dan jelaskan metode teknik pengujian logam (ferros dan non ferros)!
3.       Prosedur penilaian
No
Aspek yang dinilai
Teknik Penilaian
Waktu Penilaian
1.
Sikap

a.   Menghayati dan mengamalkan ajaran agama di amati selama proses KBM
b.  Bekerjasama di amati dalam kegiatan kelompok.
c.   Toleransi di amati dalam diskusi ketika terjadi proses pemecahan masalah yang berbeda.
d.  Menjaga dan memelihara kebersihan lingkungan
Dalam pembelajaran dan saat diskusi (selama  kegiatan  inti)
2.
Pengetahuan

Tes tertulis bentuk uraian mengenai bentuk uraian mengenai alat keselamatan kerja yang harus digunakan pada saat teknik pengujian logam (ferros dan non ferros).
Ulangan Penyelesaian tugas individu, pada akhir KD
3.

Keterampilan

Presentasi
Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi tentang alat keselamatan kerja yang harus dipakai saat teknik pengujian logam (ferros dan non ferros).

Penyelesaian tugas (individu)

B.     Pedoman Penskoran dan  Penilaian
1.      Indikator penskoran  sikap Toleransi
Skor
Deskripsi
4
-          Selalu membantu/menawarkan bantuan pada teman dan  guru yang sedang mengalami kesulitan
3
Sering membantu/menawarkan bantuan pada teman dan  guru yang sedang mengalami kesulitan
2
Kadang-kadang membantu/menawarkan bantuan pada teman dan  guru yang sedang mengalami kesulitan
1
Tidak pernah membantu/menawarkan bantuan pada teman dan  guru yang sedang mengalami kesulitan

2.      Indikator penskoran sikap Kerja sama
Skor
Deskripsi
4
-          Selalu mengajak / menawarkan pada teman untuk bersama-sama menyelesaikan suatu tujuan tertentu
3
Sering mengajak / menawarkan pada teman untuk bersama sama menyelesaikan suatu tujuan tertentu
2
Kadang-kadang mengajak / menawarkan pada teman untuk bersama sama menyelesaikan suatu tujuan tertentu
1
Tidak pernah mengajak / menawarkan pada teman untuk bersama sama menyelesaikan suatu tujuan tertentu

3.      Indikator penskoran  Pengetahuan
Setiap nomor soal apabila benar nilai  50
Apabila setiap nomor jawabannya kurang sempurna akan diberi skor 25
Kriteria penilaian tes uraian
91 - 100            : Sangat baik
81 -  90 : Baik
77 -  80 : Cukup
65 – 76  : Kurang

                                                                                     NTB, 23 Agustus 2018
                                                                                    Guru Mapel,


Khairul Fuadi, Spd
                                                                                    NIK…………......


Tidak ada komentar:

Posting Komentar