RPP Menerapkan Teknik Pengujian Logam ( ferros dan non Ferros)
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(
RPP )
Satuan
Pendidikan : SMK
Nama
Sekolah : SMK ONDAK JAYA
Mata
Pelajaran : DASAR PERANCANGAN TEKNIK MESIN
Kelas/Semester : X TP 1 / GASAL
Materi
Pokok/Tema/Topik : Menerapkan teknik pengujian logam (ferros dan non
ferros)
Alokasi
Waktu : 4 Jam Pelajaran
Jumlah
Pertemuan : 5
Pertemuan
Ke : 2 dan 3 (4x45menit)
Kompetensi Inti
KI
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif, dan
menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.
KI
3. Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, dan
prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan humaniora dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian dalam bidang kerja
spesifik untuk memecahkan masalah.
KI
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung.
Kompetensi Dasar
KD
1. Menyadari sempurnanya ciptaan Tuhan tentang alam dan fenomenanya dalam
mengaplikasikan teknik pemesinan
frais pada
kehidupan sehari-hari.
KD 2. Mengamalkan nilai-nilai ajaran agama sebagai
tuntunan dalam mengaplikasikan teknik pemesinan frais dalam kehidupan
sehari-hari.
KD
3. Mengamalkan perilaku
jujur, disiplin, teliti, kritis, rasa ingin tahu, inovatif dan tanggungjawab
dalam mengaplikasikan teknik pemesinan
frais pada kehidupan sehari-hari.
KD 4. Menghargai kerjasama, toleransi, damai, santun,
demokratis, dalam menyelesaikan masalah perbedaan konsep berpikir dalam
mengaplikasikan teknik pengujian logam (ferros dan non ferros) kehidupan
sehari-hari.
KD 5. Menunjukan sikap responsive, proaktif,
konsisten, dan berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial sebagai
bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam mengaplikasikan teknik
pengujian logam (ferros dan non ferros).
KD
6. Mengidentifikasi teknik
pengujian logam (ferros dan non ferros).
KD
7. Mengklasifikasai proses teknik pengujian logam (ferros dan non ferros).
Indikator
1.
Siswa dapat menjelaskan
jenis dan fungsi teknik pengujian logam (ferros dan
non ferros)
2.
Siswa dapat menjelaskan
teknik pengujian logam (ferros dan non ferros).
3. Siswa dapat menjelaskan klasifikasi teknik
pengujian logam (ferros dan non ferros)
Tujuan
Pembelajaran
1.
Siswa memahami
jenis dan fungsi teknik pengujian logam (ferros dan non ferros)
2.
Siswa memahami teknik
pengujian logam (ferros dan non ferros)
3.
Siswa
mengatahui klasifikasi proses teknik
pengujian logam (ferros dan non ferros).
Materi
Ajar/Pembelajaran
A. teknik
pengujian logam (ferros dan non ferros)
Dalam ilmu logam, jenis-jenis logam dikelompokkan
menjadi 4 kelompok, yaitu:
Logam berat (besi, nikel, khrom, tembaga,
timah hitam, timah putih, timah, dan seng).
Logam ringan (alumunium, magnesium, titanium,
kalsium, kalium, natrium, dan barium).
Logam mulia (emas, perak, dan platina).
Logantahan api (wolfram, titanium, sirkonium,
dan molibden).
Sedangkan jenis logam berdasarkan bahan dasar
yang membentuknya dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu :
Logam besi (ferrous) yaitu suatu logam paduan
yang terdiri dari campuran unsur karbon dengan besi. Jenis-jenis logam ini
antara lain yaitu besi tuang, besi tempa, baja lunak, baja karbon sedang, baja
karbon tinggi, serta baja karbon tinggi dan campuran.
Logam bukan besi (non ferrous) yaitu logam
yang tidak mengandung unsur besi (Fe). Jenis-jenis logam ini antara lain yaitu
tembaga (Cu), alumunium (Al), timbel (Pb), dan timah (Sn).
Proses pengujian logam adalah proses
pemeriksaan bahan-bahan untuk diketahui sifat dan karakteristiknya yang
meliputi sifat mekanik, sifat fisik, bentuk struktur, dan komposisi unsur-unsur
yang terdapat di dalamnya. Proses pengujian logam dikelompokkan ke dalam tiga
kelompok metoda pengujian, yaitu :
Destructive Test (DT), yaitu proses
pengujian logam yang bisa menimbulkan kerusakan logam yang di uji.
Non Destructive Test (NDT), yaitu proses
pengujian logam yang tidak bisa menimbulkan kerusakan logam atau benda yang di
uji.
Metallography, yaitu proses pemeriksaan logam
tentang komposisi kimianya, unsur-unsur yang terdapat didalamnya, dan bentuk
strukturnya.
Uji Kekerasan Rockwell
Uji kekerasan rockwell ini juga
didasarkan kepada penekanan sebuah indentor dengan suatu gaya
tekan tertentu kepermukaan yang rata dan bersih dari suatu logam yang diuji
kekerasannya. Setelah gaya tekan dikembalikan ke gaya minor maka yang
dijadikan dasar perhitungan nilai kekerasan rockwell bukanlah hasil
pengukuran diameter ataupun diagonal bekas lekukan tetapi justru “dalamnya
bekas lekukan yang terjadi itu”. Inilah kelainan
cara rockwell dibandingkan dengan cara pengujian kekerasan lainnya.
Pengujian rockwell yang umumnya
biasa dipakai ada ke jenis yaitu HRA, HRB,dan HRC. HR itu sendiri merupakan
suatu singkatan dari kekerasan rockwell atau rockwell
hardness number dan kadang-kadang disingkat dengan huruf R saja.
Pengujian kekerasan dengan
metode rockwell ini diatur berdasarkan standar DIN 50103. Tingkat
skala kekerasan menurut metode rockwell adalah berdasarkan pada
jenis indentor yang digunakan pada masing-masing skala. Dalam
metode rockwell ini terdapat dua macam indentor yang
ukurannya bervariasi, kedua jenis indentor itu adalah :
a. Kerucut intan dengan besar sudut
1200, dikenal pula dengan “Rockwell cone”.
b. Bola baja dengan berbagai ukuran,
dikenal pula dengan “Rockwell”.
Untuk cara pemakaian skala ini, lebih dahulu
ditentukan dan dipilih ketentuan angka kekerasan meksimum yang boleh digunakan
oleh skala tertentu. Jika pada skala tetentu tidak tercapai angka kekerasan
yang akurat, maka kita tentukan skala lain yang dapat menunjukan angka
kekerasan yang jelas. Sebagaimana rumus tertentu, maka skala memiliki
standar atau acuan.
Untuk mendapatkan nilai HRB harus
menggunakan sebuah indentor berupa bola baja yang disepuh dengan
ukuran Ø 1/16” dan ini digunakan untuk jenis logam yang tidak mendapatkan
perlakuan pengerasan sebelummya (sepuh) dan untuk semua jenis non-ferrous dalam
kondisi padat. Sedangkan untuk mendapatkan nilai HRc digunakan sebuah
indentor kerucut diamond yang memiliki sudut puncak 120o yang
ujungnya dibundarkan dengan jari-jari 0,2 mm dan dipakai untuk menentukan
kekerasan baja-baja yang telah dikeraskan. Kerucut diamond biasa
disebut juga ”brale”. Bahan-bahan atau perlengkapan yang dipakai untuk
pengujian kekerasan rockwell adalah sebagai berikut :
1. Mesin pengujuian
kekerasan rockwell
2. Indentor (penetrator)
berupa bola baja yang disepuh dengan ukuran Ø 1/16” dan kerucut intan dengan
besar sudut 1200
3. Mesin gerinda
4. Amplas kasar dan halus
5. Benda uji (test speciment)
Alat Uji Kekerasan Rockwell.
Alat yang dipergunakan untuk melakukan uji
kekerasan suatu logam yang dilakukan dengan menggunakan uji
kekerasan rockwell digunakan alat yang bernama Rockwell Hardness
Test. Berikut ini merupakan gambar beserta data dari mesin uji
kekerasan rockwell :
Nama
alat : Rockwell Hardness Test
Merk
: AFFRI Seri 206.RT-206.RTS
Loading : Maximum 150
KP dan Minimum 60 KP
Spesifikasi
: HR C Load : 150 KP
Indentor : Kerucut
Diamond 1200
HR B Load : 100 KP
Indentor : Steel
Ball Æ 1/16”
HR A Load : 60 KP
Indentor : Kerucut
Diamond 1200
Cara Penggunaan Mesin Uji
Kekerasan Rockwell
Mesin uji kekerasan rockwell (rockwell
hardness test) harus dipelajari dulu secara seksama. Mesin yang ada merupakan
mesin yang digunakan untuk uji rockwell HRA, HRB, HRC, HRD, HRF,
HRG selanjutnya sebelum dimulai pengujian indetor harus dipasang
terlebih dahulu sesuai dengan jenis pengujian yang diperlukan baik
itu indetor bola baja maupun kerucut diamond.
Setelah indetor terpasang, letakan specimen yang akan diuji
kekerasannya ditempat yang tersedia dan menyetel beban yang akan digunakan
untuk proses penekanan. Nilai kekerasan dapat dilihat pada jarum yang terpasang
pada alat ukur berupa dial indicator pointer.
Uji Brinell
Uji brinell dilakukan dengan
penekanan sebuah bola baja yang terbuat dari baja chrom yang telah
dikeraskan dengan diameter tertentu, oleh gaya tekan secara statis kedalam
permukaan logam yang diuji harus rata dan bersih. Setelah gaya tekan ditiadakan
dan bola baja dikeluarkan dari bekas lekukan, maka diameter paling atas dari
lekukan tadi diukur secara teliti untuk kemudian dipakai untuk penentuan kekerasan
logam yang diuji dengan menggunakan rumus:
Dimana : P = Beban yang diberikan (KP atau
Kgf).
D = Diameter indentor yang digunakan.
d = Diameter bekas lekukan.
Kekerasan ini disebut
kekerasan brinell yang biasa disingkat dengan HB atau BHN
(Brinell Hardness Number). Bertambah keras logam yang diuji bertambah tinggi
nilai HB. Bahan-bahan atau perlengkapan yang digunakan untuk uji
kekerasan brinell adalah sebagai berikut :
Mesin uji kekerasan brinell
Bola baja
untuk brinell (brinell ball)
Mikroskop pengukur
Stop watch
Mesin gerinda
Ampelas kasar dan halus
Benda uji (test specimen)
Mesin Percobaan Kekerasan Brinell
Mesin uji
kekerasan brinell (Brinell Hardness Test) harus dipelajari dulu
dan bila perlu mencatat hal-hal yang kiranya nanti diperlukan bagi pembuatan
laporan, misalnya sebagai berikut:
Merek, type, nomor seri, tahun pembuatan,
dan kemampuan mesin secara keseluruhan.
Bagian-bagian utama dari mesin.
Gambar sketsa mesin secara keseluruhan.
Cara-cara pemakaian mesin.
Bila memakai bola baja untuk uji brinell,
biasanya yang terbuat dari baja chrom yang telah disepuh atau ada
juga cementite carbide, bola brinell ini tidak boleh
berdeformasi sama sekali disaat proses penekanan kepermukaan logam uji. Standar
dari bola brinell yaitu mempunyai Ø 10 mm atau 0,3937 in, dengan
penyimpangan maksimal 0,005 mm atau 0,0002 in. Selain yang telah distandarkan
seperti diatas terdapat juga bola-bola brinell dengan diameter lebih
kecil (Ø 5 mm, Ø 2,5 mm, Ø 2 mm, Ø 1,25 mm, Ø 1 mm, Ø 0,65 mm) yang juga
mempunyai toleransi-toleransi tersendiri. Misalnya untuk diameter 1 s/d 3 mm
adalah lebih kurang 0,0035 mm, antara 3 s/d 6 adalah 0,004 mm dan antara 6 s/d
10 adalah 0,005 mm. Karena penggunaannya tergantung pada gaya tekan (P) dan
jenis logam yang diuji, maka praktikan harus dapat memilih diameter bola yang
paling sesuai. Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam melakukan percobaan
yaitu:
Periksa dan persiapkan specimen sehingga siap
untuk diuji.
Periksa dan persiapkan mesin untuk dipakai.
Lakukan pemeriksaan pada pembebanan,
diameterbola baja yang digunakan, dan alat pengukur waktu.
Bebaskan beban tekan dan keluarkan bola dari
lekukan lalu pasang alat optis untuk melihat bekas yang kemudian diameter bekas
tadi diukur secara teliti dengan mikrometer pada mikroskop. Pengukuran diameter
ini untuk sebuah lekuk dilakukan dua kali secara bersilang, tegak lurus dan
baru dari dua nilai diameter yang diperoleh diambil rata-ratanya untuk kemudian
dimasukan kedalam rumus brinell untuk memperoleh hasil
kekerasan brinell (HB).
Lakukanlah proses pengujian sebanyak lima kali
sehingga diperoleh nilai rata-rata dari uji
kekerasan brinell tersebut.
Yang perlu diperhatikan adalah jarak dari
titik pusat lekukan baik dari tepi specimen maupun dari tepi lekukan
lainnya harus paling kurang 2 dan 3/2 diameter lekukan.
Uji Kekerasan Vickers
Uji vickers ini didasarkan kepada
penekanan oleh suatu gaya tekan tertentu oleh
sebuah indentor berupa pyramid diamond terbalik yang
memiliki sudut puncak kepermukaan logam yang diuji kekerasannya, dimana
permukaan logam yang diuji ini harus rata dan bersih.
Setelah gaya tekan secara statis ini kemudian
ditiadakan dan pyramid diamond dikeluarkan dari bekas yang terjadi
(permukaan bekas merupakan segi empat karena piramid merupakan piramid sama
sisi), maka diagonal segi empat bekas teratas diukur secara teliti untuk
kemudian digunakan sebagi kekerasan logam yang diuji. Nilai kekerasan yang
diperoleh sedemikian itu disebut kekerasan vickers yang biasa
disingkat denga Hv atau HVN (Vicker Hardness Number). Untuk memperoleh nilai
kekerasan vickers maka hasil penekanan yang diperoloeh dimasukkan
kedalam rumus:
Bahan-bahan atau perlengkapan yang biasa
digunakan untuk uji kekerasan vickers adalah sebagai berikut:
Mesin percobaan kekerasan vickers
Indentor pyramid diamond
Mikroskop pengukur diagonal bekas
Stop watch
Mesin gerinda
Ampelas kasar dan halus
Benda uji (test specimen)
Mesin Percobaan Uji Kekerasan Vickers
Mesin percobaan
kekerasan vickers (vickers hardness test) harus dipelajari dulu.
Maka dari itu hal yang penting dipelajari adalah bagaimana menggunakan alat uji
kekerasan vickers ini, dalam hal memasang indentor pyramid diamond,
meletakan specimen di tempatnya, menyetel beban yang akan dipakai,
melihat dan mengukur diagonal persegi empat teratas dari bekas yang terjadi
seteliti mungkin.
Percobaan Metallographi
Ilmu logam dibagi menjadi dua bagian khusus,
yaitu metalurgi dan metallografi. Metalurgi adalah
ilmu yang menguraikan tantang cara pemisahan logam dari ikatan unsur-unsur
lain. Atau cara pengolahan logam secara teknis untuk memperoleh jenis logam
atau logam paduan yang memenuhi kebutuhan tertentu. Sedangkan metallografi adalah
ilmu yang mempelajari tentang cara pemeriksaan logam untuk mengetahui sifat,
struktur, temperatur dan prosentase campuran logam
tersebut. Metallografi merupakan suatu pengetahuan yang khusus
mempelajari struktur logam dan mekanisnya. Dalam metallografi dikenal
pengujian makro (makroscope test) dan
pengujian mikro (mikroscope test).
Pengujian makro (makroscope
test) ialah proses pengujian bahan yang menggunakan mata terbuka dengan
tujuan dapat memeriksa celah dan lubang dalam permukaan bahan. Angka kevalidan
pengujian makro berkisar antara 0,5 sampai 50 kali. Pengujian cara
demikian biasanya digunakan untuk bahan-bahan yang memiliki struktur kristal
yang tergolong besar atau kasar. Misalnya, logam hasil coran (tuangan) dan
bahan yang termasuk non-metal (bukan logam).
pengujian mikro (mikroscope
test) ialah proses pengujian terhadap bahan logam yang bentuk kristal
logamnya tergolong sangat halus. Mengingat demikian halusnya, sehingga
pengujiannya menggunakan suatu alat yaitu mikroskop optis bahkan mikroskop elektron
yang memiliki kualitas pembesaran antara 50 hingga 3000 kali.
Pengujian metallografi dapat
memberikan gambar-gambar dari struktur logam yang diuji sehingga dapat diteliti
lebih lanjut mengenai hubungan struktur pembentuk logam dengan sifat-sifat logam
tersebut. Bahan-bahan dan perlengkapan untuk
percobaan metallografi yaitu:
Grinding belt
Kertas amplas dan pemegangnya
Metallographic polishing table
Bejana untuk etching reagents
Etching reagent
Mikroskop metalurgi
Camera
Film
Printing paper
Specimen atau benda uji
Penjelasan mengenai bahan-bahan dan
perlengkapan untuk percobaan metallografi yaitu:
Grinding belt dan kertas
amplas. Grinding belt digunakan untuk penggosokkan kasar
permukaan specimen yang dilanjutkan dengan kertas amplas no. 400,
setelah itu penggosokkan halus dengan kertas amplas no. 600, no. 800, dan no.
1000 dan terakhir no. 1200.
Metallographic polishing
table. Metallographic polishing table yaitu sebuah mesin poles yang
digunakan untuk lebih memperhalus permukaan yang telah mengalami pengosokan
halus dengan berbagai macam no. amplas. Mesin ini mempunyai sebuah piringan
yang mana diatasnya terdapat semacam kain beludru. Bila
proses polishing dilakukan harus menggunakan obat asah (polishing
abrasive) agar betul-betul diperoleh permukaan yang halus tanpa cacat.
Bejana dan etching reagents. Bejana
diperlukan untuk tempat etching reagents (echant) yang akan digunakan
bagi pekerjaan ”etsa” permukaan specimen yang telah
mengalami polishing. Meng-etsa (etching) dengan etching reagents (bahan
etsa) dilakukan sehingga diperoleh gambaran yang nyata dari
permukaan specimen, sehingga dalam keadaan siap diletakkan dibawah
mikroskop.
Mikroskop optis. Mikroskop optis
digunakan untuk memperbesar gambaran yang nyata dari
permukaan specimen yang yang telah mengalami etching, sehingga
dapat dilihat secara jelas sekali struktur logam (specimen) yang pembesarannya
bagi mikroskop optis ini lebih dari 50X sampai 400X. Jelas atau tidaknya gambar
struktur yang diperoleh bergantung sekali baik kepala index pembesaran
mikroskop dan numerical apertu lensa objective yang
digunakan.
Camera. Camera digunakan untuk
memotret gambar struktur yang sedang terlihat dibawah mikroskop,
sehingga camera ini harus dapat dipasang pada mikroskop untuk dapat
melakukan pemotretan mikro struktur dengan mudah dan cepat.
Langkah-langkah yang harus ditempuh untuk
melakukan uji metallografi dari suatu specimen adalah
sebagai berikut:
Pemotongan. Pemotongan specimen cukup
dalam dimensi yang tidak terlalu besar (<10 x 10 x 10mm) dan tidak boleh
terjadi panas berlebihan dalam proses pemotongan untuk menghindari rusaknya
stuktur specimen tersebut akibat panas.
Penyalutan (mounting). Karena benda kerja
yang kecil sukar untuk dipegang pada proses penggerindaan dan pemolesan, maka
perlu disalut lebih dahulu. Sebagai penyalut digunakan
bahan thermoplastik, seperti resin. Bahan penyalut ini mencair pada
temperature 150 oC.
No
|
Plastic
|
Type
|
Catatan
|
|
1
|
Phenolic ( contohnya Bakelit)
|
Thermosetting
|
Memerlukan pengontrolan panas dan tekanan
dengan secukupnya memberikan bahan pelarut dengan perlahan-lahan.
|
|
2
|
Diall phthalate (Prepolimer)
|
Thermosetting
|
Memerlukan pengontrolan suhu panas antara
130o-140o tekanan, penyusutan rendah, dan
karakteristik polishing yang baik.
|
|
3
|
Phenolic varnish
|
Thermosetting
|
Untuk pengisian vakum oxide film.
|
|
No
|
Plastic
|
Type
|
Catatan
|
|
4
|
Epoxy Resin (contohnya araldite)
|
Liquid various
|
Aratiide grade ialah suatu cairan
tuangan resin yang memberikan penyalutan yang baik tanpa panas dan tekanan,
perlahan-lahan waktu proses mounting.
|
|
5
|
Polyvinyl chloride
|
Thermosetting
|
Penyusutan rendah, lamban biasa pelarut
tetapi penyelesaian, dengan glacialacetic acai.
|
Penggerindaan/pengamplasan. Proses ini
menggunakan kertas amplas yang kasar sampai halus. Tingkat kehalusan kertas
amplas ini ditentukan oleh ukuran serbik silicon carbida yang
menempel pada kertas tersebut. Misalnya ada amplas yang memiliki tingkat
kehalusan hingga 220, angka 220 menunjukkan bahwa
serbuk silicon carbida pada kertas amplas itu bisa lolos dari
ayakan hingga mencapai 220 lubang pada luas 1 inchi2 (sekitar 625
mm2). Untuk langkah pertama penggosokkan menggunakan amplas no. 400 dalam
satu arah pada permukaan specimen yang akan diteliti keadaan
strukturnya. Setelah itu menggosok kasar lanjutan permukaan specimen tersebut
dengan kertas amplas no. 600 dengan arah lurus arah penggosokkan pertama (arah
kedua), dilanjutkan penggosokan halus permukaan tersebut dengan amplas no. 800
dengan arah sama dengan arah pertama. Penggosokkan halus permukaan dengan
amplas no. 1000 dan dilanjutkan no. 1200 dengan arah sama dengan arah
penggosokkan kasar lanjut.
Pemolesan. Benda uji yang telah melewati
proses penggerindaan diteruskan ke proses pemolesan. Mesin yang digunakan
adalah mesin poles metallografi. Mesin ini terdiri dari piringan yang
berputar diatasnya diberi kain poles terbaik. Kain ini dikenal dengan
kain selvyt (beludru). Cara pemolesannya, benda uji diletakkan diatas
piringan yang berputar, kain poles diberi sedikit pasta oles. Pasta oles yang
biasa digunakan adalah alumina (Al2O3). Dalam istilah perdagangan diberi
nama autosol atau gama alumina. Bila garis-garis bekas amplasan
masih terlihat, pemolesan diteruskan. Dan bila tampak sudah
rata, specimen dibersihkan dan dilanjutkan dengan pengetsaan.
Pengetsaan. Hasil pemolesan yang terakhir
akan menghasilkan suatu laspisan yang menutupi permukaan struktur logam. Agar
struktur mikro dapat terlihat dengan jelas dibawah mikroskop, lapisan tersebut
harus dilarutkan (dihilangkan) dengan cara mengetsa. Mengetsa dalam kamus
dapat diartikan sebagai proses pembuatan gambar atau ukiran pada pelat tembaga
yang dilapisi lilin dengan benda tajam, kemudian membiarkan garis-garis yang
diperoleh itu terkena korosi cairan asam. Hasil pemprosesan ini ialah etsa,
yaitu untuk pemeriksaan makro dan mikro yang biasa dipakai
dalam metallografi.
Bahan larutan yang digunakan untuk
etsa makro adalah:
Hidrochoric, komposisinya 50%
asam hydrochloric dalam air dengan suhu antara 70o-80oC dan waktu
yang dibutuhkan 1 jam. Pemakaiannya untuk bahan baja dan besi.
Sulphuric, komposisinya 20%
asam sulphuric dalam air dengan suhu 80oC dan waktu yang diperlukan
antara 10 hingga 20 detik. Pemakaiannya untuk bahan besi dan baja.
Nitric, komposisinya 20%
asam nitric dalam air, hanya saja nitric boleh dingin jika
cocok. Pemakaiannya untuk bahan besi dan baja.
Alcoholic feric chloride, komposisinya 96
cm3 ethyl alcohol, 59 gram feric chloride, dan 2
cm3 asam hydrochloric.
Bahan etsa, komposisinya copper ammonium
chloride 9 gram dan air 91 ml, specimen untuk baja. Waktu etsa
lebih lama daripada etsa mikro struktur.
Untuk mengetsa baja agar didapat hasil etsa
yang dalam dan tebal lapisannya digunakan bahan etsa yang baik,
yaitu hydrochloric acid (HCl) 140 ml, sulphuric
acid (H2SO4) 3 ml, dan air 50 ml dengan waktu etsa antara 15 hingga 20 menit.
Specimen alumunium atau campuran
alumunium bahan etsa adalah hydroflorideacid (HF) 10 ml, nitrid
acid (HNO3) 1 ml, dan air 200 ml, waktu pengetsannya sangat singkat dan
karena itu, jika terjadi lapisan hitam yang tebal dapat dihilangkan dengan cara
merendam pada asam nitrat (HNO3). Waktu pengetsaan ini lebih lama daripada etsa
untuk mikro struktur.
Setelah melakukan pengetsaan, dapat dilihat
bagian mana yang bengkok atau mengambang dari serat (alur) benda kerja
tersebut. Macro test ini biasanya dilakukan pada benda yang
pembuatannya ditempa, dituang dan hasil pengerolan.
Bahan larutan yang digunakan untuk
etsa mikro adalah:
Asam nitrat, komposisinya asam nitrat 2
ml dan alkohol 95% atau 98 ml. Pemakaiannya untuk bahan karbon, baja paduan
rendah, dan baja paduan sedang. Waktu yang diperlukan beberapa detik sampai
menit.
Asam pikrat,
komposisinya pikrat 4 gram, alkohol 95% atau 98 ml. Pemakaiannya
untuk baja karbon dalam keadaan normal, dilunakan, dikeraskan (hardening) dan
ditemper (tempering). Waktu pengetsannya sampai sampai beberapa detik sampai 1
menit.
NH4OH H2O2, komposisinya NH4OH sebagai dasar
dan H2O2 beberapa tetes. Pemakaiannya untuk bahan tembaga dan paduannya.
Waktu pengetsannya sampai sampai bahan uji berwarna biru.
Bahan etsa adalah natal 2%, yaitu 2
ml asam nitrat (HNO3) dan 98 ml methyl alkohol dalam waktu
10-30 detik.
Bahan etsa menggunakan asam yang terdiri dari
10% ammonium ferisulfat, 25% ammonium acrocide NH4(OH), dan 65%
larutan asam chroom dalam waktui 10-30 detik. Pemakaiannya untuk
tembaga dan campurannya.
Cara mengetsa:
Setelah bahan uji melalui beberapa tahapan,
maka benda uji dapat langsung dietsa, caranya tempatkan asam yang akan
digunakan untuk mengetsa pada sebuah cawan, kemudian celupkan permukaan benda
uji pada asam tersebuit dengan waktu yang telah ditetapkan , lalu cuci dengan
air hangat (alkohol) untuk menghentikan reaksi. Lalu keringkan dengan udara
(kompresor).
Pengaruh etsa:
Etsa larutan kimia sangat mempengaruhi bentuk
permukaan benda uji. Dengan kata lain, baik tidaknya hasil pengetsaan sedikit
banyak dipengaruhi oleh larutan kimia untuk pengetsaan. Setelah bahan uji
dietsa, diatas seluruh permukaan benda uji akan tampak garis-garis yang tidak
teratur. Garis-garis yang tampak itu menunjukkan adanya batas antar butir kristal
logam tersebut.
Untuk memperjelas bentuk dan corak butir-butir
kristal yang berbeda jenisnya itu, bisa diamati dengan menggunakan mikroskop.
Dengan mikroskop ini kita bisa menunjukkan adanya perbedaan beberapa elemen
yang terkandung dalam bahan uji tersebut meskipun begitu, tidak semua proses
pengetsaan menghasilkan hasil etsaan yang memuaskan. Dengan kata lain, dalam
satu proses pengetsaan terkadang kita tidak berhasil mengetsa benda yang kita
uji. Terjadinya kegagalan ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, seperti :
Benda kerja kotor karena terlalu lunak atau
ada minyak.
Pada waktu mencuci, benda kerja tidak bersih.
Kurangnya waktu pengetsaan
Terlalu lama waktu yang digunakan dalam
pengetsaan.
Salah memilih dan menggunakan cairan etsa
(etcing reagent).
Mikroskop
Pada dasrnya, mikroskop terdiri dari dua buah
lensa positif. Lensa yang menerima sinar langsung dari bendanya atau lensa
dekat dengan benda yang akan dilihat disebut lensa objective, sedangkan
lensa yang dipasang dekat dengan mata disebut lensa okuler.
Pembesaran total oleh mikroskop ini
didefinisikan sebagai perbandingan antara tangen ”sudut buka bayangan akhir”
dan sudut ”buka tanpa menggunakan alat” pembesaran sebuah mikroskop biasanya
berkisar 50, 100, 200, 400, dan 1000 kali dari besar benda uji.
Perhitungan pembesaran struktur mikro
Rumus dasar:
LOK x LOB x FK x Ukuran Foto
Keterangan:
LOK = Lensa okuler (nilai 2,5)
LKB = Lensa objective/Lensa yang dipakai
mikroskop
FK = Faktor kamera (nilai 1)
Ukuran foto 3R nilai 4
Contoh:
– LOB = 10 maka
perbesarannya ?
Perbesaran = LOK x LOB x FK x Ukuran Foto
= 2,5 x 10 x 1 x 4 = 100 kali
– LOB = 40 maka
perbesarannya ?
Perbesaran = LOK x LOB x FK x Ukuran Foto
= 2,5 x 40 x 1 x 4 = 400 kali
Alat Uji Metallografi
Adapun spesifikasi alat yang digunakan untuk
melakukan pengujian metallografi, adalah sebagai berikut:
Tyepiece
: NWF 10 X
Objective
: MSFX, MF 10 X, MF 20 X, MF 40 X.
Viewing Head
: Binocular body complete with interpupillary distance
Illuminator
: Koehler-type illuminator complete with
aperture and field
diaphragms, filter slots and bulb
cord. Uses EL-38 (8V, 15 W) tungsten filament
bulb
Mechanical Stage
: Graduated 150 x 160 mm in size 30 x 30
mm cross motion, reading to 0,1by vernier. Provided
with low
position stage controls.
Focusing Control
: Stage height is adjustable by the control knob and fixed by
locking knob. Fine controls are workable in arrange
of 2 mm.
Photo Mechanic
: Optical path selector for visual abservation and
photography, built in reflecting
mirror and camera port.
Plarizing
Filters : Built
in slideway, complete with analyzer, rotatable
through 00-90, and polarizer
filter.
Microscope Stand
: Inverrted stand, complete with built in plane glass
reflector, built in power supply
transformer, variable light
intensity control, out put sockets.
Color Filters
: Green filters for visual abservation
and monochromatic
film photography, and blue filter for
color photography.
Uji Impact Charpy
Tujuan uji impact charpy adalah
untuk mengetahui kegetasan atau keuletan suatu bahan (specimen) yang akan diuji
dengan cara pembebanan secara tiba-tiba terhadap benda yang akan diuji secara
statik. Dimana benda uji dibuat takikan terlebih dahulu sesuai dengan standar
JIS Z2202 dan hasil pengujian pada benda uji tersebut akan terjadi perubahan
bentuk seperti bengkokan atau patahan sesuai dengan keuletan atau kegetasan
terhadap benda uji tersebut.
Percobaan uji impact
charpy dilakukan dengan cara pembebanan secara tiba-tiba terhadap benda
uji yang akan diuji secara statik, dimana pada benda uji dibuat terlebih dahulu
sesuai dengan ukuran standar JIS Z2202. Adapun perlengkapan yang digunakan
dalam pengujian impact yaitu alat
uji impact tipe charphy dan benda uji (test specimen).
Mesin Uji Impact
Mesin uji bentur (impact) yang digunakan untuk
mengetahui harga impak suatu bahan yang diakibatkan oleh gaya kejut pada bahan
uji tesebut. Tipe dan bentuk konstruksi mesin uji bentur beranekaragam mulai
dari jenis konvensional sampai dengan sistem digital yang lebuh maju.
Dalam pembebanan statis dapat juga terjadi
laju deformasi yang tinggi kalau bahan diberi takikan, maka tajam takikan makin
besar deformasi yang terkonsentrasikan pada takikan, yang memungkinkan
meningkatkan laju regangan beberapa kali lipat.
Patah getas menjadi permasalahan penting pada
baja dan besi. Pengujian impact charpy banyak dipergunakan untuk menentukan
kualitas bahan. Benda uji takikan berbentuk V yang mempunyai keadaan takikan 2
mm banyak dipakai. Permukaan benda uji
pada impact charpy dan izod dikerjakan halus pada
semua permukaan. Takikan dibuat dengan mesin freis atau
alat notch khusus takik. Semua dikerjakan menurut standar yang
ditetapkan (JIS Z2202).
Pada pengujian ini adalah suatu bahan uji yang
ditakikan, dipukul oleh pendulum (godam) yang mengayun. Dengan pengujian ini
dapat diketahui sifat kegetasan suatu bahan. Cara ini dapat dilakukan dengan
cara charpy atau cara izod. Pada pengujian kegetasan bahan
dengan cara impact charpy, pendulum diarahkan pada bagian belakang takik
dari batang uji. Sedangkan pada
pengujian impact cara izod adalah pukulan pukulan pendulum
diarahklan pada jarak 22 mm dari penjepit dan takikannya menghadap pendulum.
Prinsip Dasar mesin Uji Impact
Bila pendulum dengan berat G dan pada
kedudukan h1 dilepaskan, maka akan mengayun sampai kedudukan fungsi akhir
4 pada ketinggian h3 yang juga hamper sama dengan tinggi semula
h1 dimana pendulum mengayun bebas. Pada mesin uji yang baik, skala akan
menunjukkan usaha lebih dari 0,05 kilogram meter (kg m), pada saat pendulum
mencapai kedudukan 4.
Bila batang uji dipasang pada kedudukannya dan
pendulum dilepaskan, maka pendulum akan memukul batang uji dan selanjutnya
pendulum akan mengayun sampai kedudukan 3 pada ketinggian h2. Usaha yang
dilakukan pendulum waktu memukul benda uji atau usaha yang diserap benda uji
sampai patah yaitu:
Dan dapat juga dengan menggunakan persamaan
berikut:
Dimana :
W1 = Usaha
yang dilakukan (kg m).
G = Berat
pendulum (kg).
h1 = Jarak awal
antara pendulum dengan benda uji (m).
Λ = Jarak
lengan pengayun (m).
cos α = Sudut posisi awal pendulum.
Sedangkan sisa usaha setelah mematahkan
benda uji adalah sebagai berikut.
dan dapat juga dengan menggunakan persamaan
berikut:
Dimana :
W2 =
Sisa usaha setelah mematahkan benda uji (kg m).
G =
Berat pendulum (kg).
h2 =
Jarak akhir antara pendulum dengan benda uji (m).
λ
= Jarak lengan pengayun (m).
cos β = Sudut posisi akhir
pendulum.
Besarnya usaha yang diperlukan untuk memukul
patah benda uji adalah:
dan dapat juga dengan menggunakan persamaan
berikut:
Dimana :
W = Usaha
yang diperlukan mematahkan benda uji (Kg m).
W1 = Usaha yang dilakukan
(Kg m).
W2 = Sisa usaha setelah
mematahkan benda uji (Kg m).
G = Berat
pendulum (Kg).
λ = Jarak
lengan pengayun (m).
cos α = Sudut posisi awal pendulum.
cos β = Sudut posisi akhir
pendulum.
dan besarnya harga impact dapat
digunakan persamaan berikut:
Dimana
: K =
nilai impact (Kg m/mm2)
W= Usaha yang diperlukan mematahkan uji (Kg m)
Ao= Luas penampang dibawah tatikan (mm2)
Alat
Uji Impact Tipe Charpy Kapasitas 85 Joule
Alat
uji impact tipe charpy seperti pada gambar 2.3 dan 2.4
merupakan suatu alat uji yang digunakan untuk mengukur kegetasan dan keuletan
pada benda uji dengan standar JIS Z2202. Berat pendulum yang digunakan pada
alat uji impact tipe charpy ini 8 kg dean panjang lengan
pengayun 600 mm. Pada alat ini menghasilkan besar energi (W1) pada setiap sudut
waktu mematahkan benda uji dan sisa usaha (W2) setelah mematahkan benda uji.
Adapun spesifikasi alat
uji impact tipe charpy ini adalah sebagai berikut :
Tipe alat uji
: Charpy
Kapaditas
: 85 J
Berat go0dam
(pendulum)
: 8 Kg
Jarak titik ayun dengan titik pukul :
600 mm
Posisi awal pemukulan
: 140o
Sudut pisau pemukul
: 30o
Dimensi alat uji
: 750 x 400 x 1000 mm
Standar bahan uji
: Alumunium
Alat
uji impact tipe charpy ini mempunyai beberapa bagian-bagian
utama yang terdiri dari :
–
Badan alat uji impact
–
Pendulum
–
Lengan pengayun
–
Poros pengayun
– Bearing
–
Tempat benda uji
–
Busur derajat dan jarum penunjuk
–
Pisau pemukul
Bagian-bagian alat
uji impact tipe charpy tersebut saling mendukung dan saling
melengkapi sastu sama lain dalam penggunaan alat uji tersebut. Penjelasan dari
masing-masing bagian-bagian alat uji impact tipe charpy adalah
sebagai berikut:
a. Badan alat uji impact
Badan alat uji impact terbuat dari
baja profil U 70 x 40 mm dengan tebal baja 5 mm. Sedangkan dimensi dari badan
alat uji impact ini adalah 750 x 100 x 1000 mm. Proses pengerjaan
yang dilakukan dalam pembuatan badan alat uji impact ini adalah
proses penyambungan atau proses pengelasan. Badan alat
uji impact berfungsi sebagai tempat dudukan
dari bearing dan tempat benda uji. Berikut ini adalah gambar badan
alat uji impact tipe charpy.
b. Pendulum
Pendulum berfungsi sebagai beban yang akan
diayunkan ke benda uji dan juga terdapat pisau pemukul untuk mematahkan benda
uji. Pendulum terbuat dari baja pelat silinder Ø 230 x 30 mm dengan berat 8 kg.
Pada bagian atas pendulum dihubungkan ke bagian lengan pengayun dengan cara
dilas.
c. Lengan pengayun
Lengan pengayun berfungsi untuk meneruskan
gerakan ayunan dari poros ke pendulum. Legan pengayun ini terbuat dari baja
silinder Ø 20 x 600 mm, pada bagian atasnya dihubungkan ke poros dengan dilas
dan pada bagian bawahnya dihubungkan ke pendulum dengan cara dilas.
d. Poros pengayun
Poros pengayun berfungsi sebagai penerus
ayunan dari bearing ke lengan pengayun dan pendulum. Poros pengayun
terbuat dari baja silinder Ø 25 x 450 mm. Pada bagian ujung kanan dan kirinya
dihubungkan ke bearing dan pada bagian tengahnya dihubungkan ke
lengan pengayun dengan cara dilas.
e. Bearing
Bearing berfungsi sebagai pengayun
poros. Bearing yang digunakan adalah bearing dengan ukuran
diameter dalam atau diameter poros 25 mm. Bearing ditempatkan pada
bagian atas kiri pada badan alat uji impact dengan cara dibaut.
f. Tempat benda uji
Tempat benda uji berfungsi sebagai tempat
diletakannya benda uji yang akan dilakukan pengujian. Tempat benda uji ini
terbuat dari baja profil U 70 x 40 mm dengan tebal 5 mm. Tempat benda uji dilas
menyatu dengan badan alat uji impact.
g. Busur derajat dan jarum
penunjuk
Busur derajat berfungsi sebagai alat prngukur
atau alat baca dari hasil pengujian. Jarum penunjuk berfungsi untuk menunjukan
angka pada busur derajat yang merupakan hasil dari pengujian. Jarum penunjuk
dihubungkan dengan poros pengayun dengan dibaut, sehingga arahnya sesuai dengan
arah ayunan poros pengayun.
h. Pisau pemukul
Pisau pemukul berfungsi untuk memukul benda
uji yang telah dibuat takikan, posisi pisau pada saat akan memukul adalah
dibelakang kakikan benda uji. Bahan pisau pemukul ini harus lebuh keras dari
benda yang akan diuji dan sudut pemukul pisau adalah 30 derajat.
Besar Sudut
a
|
Energi (W1)
(Kg.m)
|
Energi (W1)
(J)
|
100
|
0,0768
|
0,768
|
200
|
0,292
|
2,92
|
300
|
0,6432
|
6,432
|
400
|
1,1232
|
11,232
|
500
|
1,7184
|
17,184
|
600
|
2,4
|
24
|
700
|
3,1584
|
31,584
|
800
|
3,9667
|
39,667
|
900
|
4,8
|
48
|
1000
|
5,6332
|
56,332
|
1100
|
6,4416
|
64,416
|
1200
|
7,2
|
72
|
1300
|
7,8816
|
78,816
|
1400
|
8,4768
|
84,768
|
Besar Sudut
b
|
Sisa Usaha (W2)
(Kg.m)
|
Sisa Usaha (W2)
(J)
|
100
|
0,0768
|
0,768
|
150
|
0,168
|
1,68
|
200
|
0,292
|
2,92
|
250
|
0,4512
|
4,512
|
300
|
0,6432
|
6,432
|
350
|
0,8688
|
8,688
|
400
|
1,1232
|
11,232
|
450
|
1,4064
|
14,064
|
500
|
1,7184
|
17,184
|
550
|
2,0496
|
20,496
|
600
|
2,4
|
24
|
650
|
2,7744
|
27,744
|
700
|
3,1584
|
31,584
|
750
|
3,5616
|
35,616
|
800
|
3,9667
|
39,667
|
850
|
4,3824
|
43,824
|
900
|
4,8
|
48
|
950
|
5,2176
|
52,176
|
1000
|
5,6332
|
56,332
|
1050
|
6,0384
|
60,384
|
1100
|
6,4416
|
64,416
|
1150
|
6,8256
|
68,256
|
1200
|
7,2
|
72
|
Besar Sudut
b
|
Sisa Usaha (W2)
(Kg.m)
|
Sisa Usaha (W2)
(J)
|
1250
|
7,5504
|
75,504
|
1300
|
7,8816
|
78,816
|
1350
|
8,1936
|
81,936
|
1370
|
8,3088
|
83,088
|
Pengujian Impact Charpy
Benda uji yang akan diuji pada alat
uji impact tipe charpy ini harus dibuat dengan standar yang
telah ditetapkan yaitu JIS Z2202. Adapun langkah-langkah pengujian impact tipe charpy ini
adalah sebagai berikut :
Meletakan benda uji ditempat benda uji pada
alat uji impact. Penenmpatan benda uji harus benar-benar pas berada pada
posisi tengah-tengah dimana pisau pada pendulum berada pas sejajar dengan
takikannya tersebut
Menyetel posisi jarum pada 0 derajat
Mengangkat pendulum sejauh 140o dengan
cara memutar berlawanan arah jarum jam secara perlahan-lahan
Melepaskan pendulum untuk mengayun dan
mematahkan benda uji
Lihat dan catat hasil data yang ditunjukkan
oleh jarum penunjuk pada busur derajat
melakukan perhitungan dari dat pengujian yuang
telah diperoleh, yaitu menghitung besarnya usaha dan
harga impact (K) dengan menggunakan persamaam berikut:
Dimana:
W
= Besarnya usaha untuk
mematahkan benda uji (kg m).
G
= Berat pendulum (godam)
yang digunakan (kg).
λ
= Panjang lengan pengayun.
cos β = Sudut awal
pendulum terhadap benda uji.
cos α = Sudut akhir
pendulum terhadap benda uji.
Dimana :
K = Nilai impact (Kg m/mm2).
W = Usaha yang diperlukan mematahkan uji
(Kg m).
Ao = Luas penampang dibawah tatikan
(mm2).
Pendekatan/Strategi/Metode
Pembelajaran
1. Pendekatan : Scientific
2. Metode : Diskusi, Eksperimen, dan
Penugasan, dll
3. Model : Discovery Learning
Media, Alat,
Bahan dan Sumber Belajar
Media
·
Tab 4 samsung 10
in
Sumber Belajar
1.Buku Teori bahan teknik
2.Buku
referensi dan artikel yang sesuai
3. https://fariedpradhana.wordpress.com/tag/pengujian-logam/
Kegiatan
Pembelajaran
Kegiatan
|
Deskripsi
Kegiatan
|
Alokasi
Waktu
|
|
Guru
|
Siswa
|
||
Pendahuluan
|
1. Memberikan
salam, mengkondisikan kelas dan pembiasaan, mengajak dan memimpin berdoa,
menanyakan kondisi siswa dan mempresensi
2. Memberi
motivasi pada siswa
3. Melakukan
apersepsi dan pretest
4. Menyampaikan
kompetensi dasar, tujuan pembelajaran, metode, dan penilaian
Mengamati
·
Memperagakan
·
Meminta siswa supaya
mengamati peragaan dan sumber belajar
·
Mengamati dan
membimbing siswa
|
1. Menjawab
salam, menertibkan tempat duduk dan menertibkan diri, berdoa, menjawab
keadaan kondisinya, dan kehadirannya
2. Termotivasi
3. Memperhatikan
dan mengerjakan pretest
4. Memperhatikan
Mengamati
·
Memperhatikan
·
Mengamati peragaan
dan sumber belajar
·
Menanyakan hal – hal
yang belum jelas dalam pengamatan
|
10
menit
|
Inti
|
Mengamati
·
Memperagakan
·
Meminta siswa supaya
mengamati peragaan dan sumber belajar
·
Mengamati dan membimbing
siswa
Menanya
·
Meminta siswa supaya
melakukan diskusi mulai dari mengidentifikasi dan merumuskan masalah terhadap
obyak yang diamati pada kelompoknya
·
Mengamati,
membimbing, dan menilai kegiatan siswa
Mencoba/mengumpulkan
informasi
·
Memberikan permasalahan
dan meminta siswa untuk melakukan percobaan/praktek pada kelompoknya
·
Mengamati, membimbing
, dan menilai kegiatan siswa
Mengasosiasi/menganalisis
informasi
·
Mengarahkan siswa
supaya menggali informasi/mengumpulkan data, menganalisa, dan membuat kesimpulan
·
Mengamati,
membimbing, dan menilai kegiatan siswa
Mengkomunikasikan
·
Meminta untuk membuat
laporan dan menyimpulkan hasil percobaan/praktek dalam kelompoknya
·
Meminta setiap
perwakilan kelompok untuk menyampaikan/menampilkan hasil percobaan/praktek dan
kesimpulan diskusi
·
Mengamati,
membimbing, dan menilai kegiatan siswa
Mencipta
·
Meminta siswa supaya
mewujudkan/mempraktekan hasil kajian teoritis dari kegiatan mengkomunikasikan
|
Mengamati
·
Memperhatikan
·
Mengamati peragaan
dan sumber belajar
·
Menanyakan hal – hal
yang belum jelas dalam pengamatan
Menanya
Melakukan diskusi, mengidentifikasi masalah dan
merumuskan masalah di kelompoknya
Mencoba
Melakukan percobaan/ praktek di kelompoknya
Mengasosiasi
Mengumpulkan informasi/ data, melakukan analisis,
dan menyimpulkan
Mengkomunikasikan
·
Membuat laporan dan
kesimpulan hasil percobaan/ praktek dalam kelompoknya
·
Mempresentasikan
hasil percobaan/ praktek beserta kesimpulannya
Mencipta
Mewujudkan/ mempraktekkan hasil kajian teoritis
dari kegiatan mengkomunikasikan
|
70
menit
|
Penutup
|
1. Mengajak
dan mengarahkan siswa untuk membuat rangkuman/ kesimpulan
2. Memberikan
evaluasi/ penilaian dalam bentuk post test/ tugas
3. Memberikan
remidi/ pengayaan dalam bentuk tugas
4. Memberikan
arahan tindak lanjut pembelajaran, (mengajak dan memimpin berdoa untuk
pelajaran terakhir)
|
1. Membuat
rangkuman/ kesimpulan bersama guru
2. Mengerjakan
tes/ tugas yang diberikan
3. Mencatat
tugas yang diberikan untuk dikerjakan dirumah
4. Memperhatikan
arahan guru (berdoa)
|
10
menit
|
A. PenilaianHasilBelajar
1.
Teknik
Penilaian :
a.
KI-1
dan KI-2 dengan pengamatan / observasi.
b.
KI-3
dengan Tes Tertulis.
c.
KI-4 dengan
portofolio
2.
Bentuk
Instrumen dan Instrumen
a)
Bentuk
Instrumen: Tes tertulis (Uraian)
Instrumen:
1.
Sebutkan jenis-jenis teknik
pengujian logam (ferros dan non ferros) beserta
fungsinya ?
2.
Sebutkan dan
jelaskan klasifikasi teknik pengujian logam (ferros dan non ferros)!
3.
Sebutkan dan
jelaskan metode teknik pengujian logam (ferros dan non ferros)!
3.
Prosedur
penilaian
No
|
Aspek yang dinilai
|
Teknik Penilaian
|
Waktu Penilaian
|
1.
|
Sikap
|
a.
Menghayati
dan mengamalkan ajaran agama di amati selama proses KBM
b. Bekerjasama di amati dalam kegiatan kelompok.
c.
Toleransi
di amati dalam diskusi ketika terjadi proses pemecahan masalah yang berbeda.
d. Menjaga dan memelihara kebersihan lingkungan
|
Dalam pembelajaran dan saat
diskusi (selama kegiatan inti)
|
2.
|
Pengetahuan
|
Tes tertulis bentuk uraian mengenai bentuk uraian mengenai alat keselamatan kerja yang harus
digunakan pada saat teknik
pengujian logam (ferros dan non ferros).
|
Ulangan Penyelesaian tugas individu, pada akhir KD
|
3.
|
Keterampilan
|
Presentasi
Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi tentang alat keselamatan kerja yang harus
dipakai saat teknik
pengujian logam (ferros dan non ferros).
|
Penyelesaian tugas (individu)
|
B. Pedoman
Penskoran dan Penilaian
1.
Indikator
penskoran sikap Toleransi
Skor
|
Deskripsi
|
4
|
-
Selalu
membantu/menawarkan bantuan pada teman dan
guru yang sedang mengalami kesulitan
|
3
|
Sering membantu/menawarkan
bantuan pada teman dan guru yang
sedang mengalami kesulitan
|
2
|
Kadang-kadang membantu/menawarkan
bantuan pada teman dan guru yang
sedang mengalami kesulitan
|
1
|
Tidak pernah membantu/menawarkan
bantuan pada teman dan guru yang
sedang mengalami kesulitan
|
2.
Indikator
penskoran sikap Kerja sama
Skor
|
Deskripsi
|
4
|
-
Selalu
mengajak / menawarkan pada teman untuk bersama-sama menyelesaikan suatu
tujuan tertentu
|
3
|
Sering mengajak / menawarkan pada
teman untuk bersama sama menyelesaikan suatu tujuan tertentu
|
2
|
Kadang-kadang mengajak /
menawarkan pada teman untuk bersama sama menyelesaikan suatu tujuan tertentu
|
1
|
Tidak pernah mengajak /
menawarkan pada teman untuk bersama sama menyelesaikan suatu tujuan tertentu
|
3.
Indikator
penskoran Pengetahuan
Setiap nomor soal apabila benar nilai 50
Apabila setiap nomor jawabannya kurang sempurna akan diberi skor 25
Kriteria penilaian tes uraian
91 - 100 :
Sangat baik
81 -
90 : Baik
77 -
80 : Cukup
65
– 76 : Kurang
NTB, 23 Agustus 2018
Guru
Mapel,
Khairul
Fuadi, Spd
NIK…………......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar