RPP PENGETAHUAN DASAR TEKNIK MESIN Menerapkan Teknik Pengecoran Logam
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(
RPP )
Satuan
Pendidikan : SMK
Nama
Sekolah : SMK ONDAK JAYA
Mata
Pelajaran : PENGETAHUAN DASAR TEKNIK MESIN
Kelas/Semester : X TP 1 / GASAL
Materi
Pokok/Tema/Topik : Menerapkan Teknik Pengecoran logam
Alokasi
Waktu : 4
Jam Pelajaran
Jumlah
Pertemuan : 10
Pertemuan
Ke : 2 dan 3 (4x45menit)
Kompetensi Inti
KI
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif, dan
menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.
KI
3. Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, dan
prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan humaniora dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian dalam bidang kerja
spesifik untuk memecahkan masalah.
KI
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung.
Kompetensi Dasar
KD
1. Menyadari sempurnanya ciptaan Tuhan tentang alam dan fenomenanya dalam
mengaplikasikan Pengetahan Dasar
Teknik Mesin pada
kehidupan sehari-hari.
KD 2. Mengamalkan nilai-nilai ajaran agama sebagai
tuntunan dalam mengaplikasikan Pengetahan Dasar Teknik Mesin dalam kehidupan
sehari-hari.
KD
3. Mengamalkan perilaku
jujur, disiplin, teliti, kritis, rasa ingin tahu, inovatif dan tanggungjawab
dalam mengaplikasikan Pengetahan Dasar
Teknik Mesin pada kehidupan sehari-hari.
KD 4. Menghargai kerjasama, toleransi, damai, santun,
demokratis, dalam menyelesaikan masalah perbedaan konsep berpikir dalam
mengaplikasikan Pengetahan Dasar Teknik Mesin kehidupan
sehari-hari.
KD 5. Menunjukan sikap responsive, proaktif,
konsisten, dan berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial sebagai
bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam mengaplikasikan Pengetahan
Dasar Teknik Mesin.
KD
6. Mengidentifikasi Pengetahan Dasar
Teknik Mesin.
KD
7. Mengklasifikasai proses Pengetahan Dasar Teknik Mesin.
Indikator
1.
Siswa dapat menjelaskan
jenis dan fungsi Pengecoran logam.
2.
Siswa dapat menjelaskan
bagian-bagian
Pengecoran logam.
3. Siswa dapat menjelaskan klasifikasi proses Pengecoran
logam.
Tujuan
Pembelajaran
1.
Siswa memahami
jenis dan fungsi Pengecoran logam.
2.
Siswa memahami bagian-bagian Pengecoran
logam.
3.
Siswa
mengatahui klasifikasi proses Pengecoran
logam.
Materi
Ajar/Pembelajaran
Pengecoran logam
Pengecoran
(casting) adalah suatu proses penuangan materi cair seperti logam atau plastik
yang dimasukkan ke dalam cetakan, kemudian dibiarkan membeku di dalam cetakan
tersebut, dan kemudian dikeluarkan atau dipecah-pecah untuk dijadikan komponen
mesin. Pengecoran digunakan untuk membuat bagian mesin dengan bentuk yang
kompleks.
Gambar 2 1. Logam cair sedang dituangkan ke dalam
cetakan
Pengecoran
digunakan untuk membentuk logam dalam kondisi panas sesuai dengan bentuk
cetakan yang telah dibuat. Pengecoran dapat berupa material logam cair atau
plastik yang bisa meleleh (termoplastik), juga material yang terlarut air
misalnya beton atau gips, dan materi lain yang dapat menjadi cair atau pasta
ketika dalam kondisi basah seperti tanah liat, dan lain-lain yang jika dalam
kondisi kering akan berubah menjadi keras dalam cetakan, dan terbakar dalam
perapian. Proses pengecoran dibagi menjadi dua, yaitu : expandable (dapat
diperluas) dan non expandable (tidak dapat diperluas).
Gambar 2 2. Proses pengecoran logam
Pengecoran
biasanya diawali dengan pembuatan cetakan dengan bahan pasir. Cetakan pasir
bisa dibuat secara manual maupun dengan mesin. Pembuatan cetakan secara manual
dilakukan bila jumlah komponen yang akan dibuat jumlahnya terbatas, dan banyak
variasinya. Pembuatan cetakan tangan dengan dimensi yang besar dapat
menggunakan campuran tanah liat sebagai pengikat. Dewasa ini cetakan banyak
dibuat secara mekanik dengan mesin agar lebih presisi serta dapat diproduk
dalam jumlah banyak dengan kualitas yang sama baiknya.
2.
Pembuatan Cetakan Manual
Pembuatan
cetakan tangan meliputi pembuatan cetakan dengan kup dan drag, seperti pada
gambar di bawah ini:
Gambar 2 3. Dimensi benda kerja yang akan dibuat (a),
menutupi
permukaan pola dalam rangka cetak dengan pasir, (b)
cetakan siap
(c), proses penuangan (d), dan produk pengecoran (e).
Selain
pembuatan cetakan secara manual, juga dikenal pembuatan cetakan dengan mesin
guncang, pembuatan cetakan dengan mesin pendesak, pembuatan cetakan dengan
mesin guncang desak, prembuatan cetakan dengan mesin tekanan tinggi, dan
pembuatan cetakan dengan pelempar pasir.
3.
Pengolahan Pasir Cetak
Pasir
cetak yang sudah digunakan untuk membuat cetakan, dapat dipakai kembali dengan
mencampur pasir baru dan pengikat baru setelah kotoran-kotoran dalam pasir
tersebut dibuang. Pasir cetak dapat digunakan berulang-ulang. Setelah digunakan
dalam proses pembuatan suatu cetakan, pasir cetak tersebut dapat diolah kembali
tidak bergantung pada bahan logam cair. Prosesnya dengan cara pembuangan debu
halus dan kotoran, pencampuran, serta pendinginan pasir cetak. Adapun
mesin-mesin yang dipakai dalam pengolahan pasir, antara lain:
a.
Penggiling pasir
Penggiling
pasir digunakan apabila pasir tersebut menggunakan lempung sebagai pengikat,
sedangkan untuk pengaduk pasir digunakan jika pasir menggunakan bahan pengikat
seperti minyak pengering atau natrium silikat.
b.
Pencampur pasir
Pencampur
pasir digunakan untuk memecah bungkah-bungkah pasir setelah pencampuran. Jadi,
pasir dari penggiling pasir kadang-kadang diisikan ke pencampur pasir atau
biasanya pasir bekas diisikan langsung ke dalamnya.
c.
Pengayakan
Untuk
mendapatkan pasir cetak, ayakan dipakai untuk menyisihkan kotoran dan
butir-butir pasir yang sangat kasar. Jenis ayakan ada dua macam, yaitu ayakan
berputar dan ayakan bergetar.
d.
Pemisahan magnetis
Pemisahan
magnetis digunakan untuk menyisihkan potonganpotongan besi yang berada dalam pasir
cetak tersebut.
e.
Pendingin pasir
Dalam
mendinginkan pasir, udara pendingin perlu bersentuhan dengan butir-butir pasir
sebanyak mungkin. Pada pendingin pasir pengagitasi, udara lewat melalui pasir
yang diagitasi. Adapun pada pendingin pasir tegak, pasir dijatuhkan ke dalam
tangki dan disebar oleh sebuah sudu selama jatuh, yang kemudian didinginkan
oleh udara dari bawah. Pendingin pasir bergetar menunjukkan alat di mana pasir
diletakkan pada pelat dan pengembangan pasir efektif.
4.
Pengecoran Cetakan Ekspandable (Expandable Mold Casting)
Expandable
mold casting adalah sebuah klasifikasi generik yang melibatkan pasir, plastiK,
tempurung, gips, dan investment molding (teknik lost-wax). Metode ini
melibatkan penggunaan cetakan sementara dan cetakan sekali pakai.
5.
Pengecoran dengan Pasir (Sand Casting)
Pengecoran
dengan pasir membutuhkan waktu selama beberapa hari dalam proses produksinya
dengan hasil rata-rata (1-20 unit/jam proses pencetakan) dan proses pengecoran
dengan bahan pasir ini akan membutuhkan waktu yang lebih lama terutama untuk
produksi dalam skala yang besar. Pasir hijau/green sand (basah) hampir tidak
memiliki batas ukuran beratnya, akan tetapi pasir kering memiliki batas ukuran
berat tertentu, yaitu antara 2.300-2.700 kg. Batas minimumnya adalah antara
0,05-1 kg. Pasir ini disatukan dengan menggunakan tanah liat (sama dengan
proses pada pasir hijau) atau dengan menggunakan bahan perekat kimia/minyak
polimer. Pasir hampir pada setiap prosesnya dapat diulang beberapa kali dan
membutuhkan bahan input tambahan yang sangat sedikit. Pada dasarnya, pengecoran
dengan pasir ini digunakan untuk mengolah logam bertemperatur rendah, seperti
besi, tembaga, aluminium, magnesium, dan nikel. Pengecoran dengan pasir ini
juga dapat digunakan pada logam bertemperatur tinggi, namun untuk bahan logam
selain itu tidak akan bisa diproses. Pengecoran ini adalah teknik tertua
dan paling dipahami hingga sekarang. Bentuk-bentuk ini harus mampu memuaskan
standar tertentu sebab bentuk-bentuk tersebut merupakan inti dari proses
pergecoran dengan pasir .
Gambar 2 4. Pengecoran logam pada cetakan pasir
6.
Pengecoran dengan Gips (Plaster Casting)
Gips
yang tahan lama lebih sering digunakan sebagai bahan dasar dalam produksi
pahatan perunggu atau sebagai pisau pahat pada proses pemahatan batu. Dengan
pencetakan gips, hasilnya akan lebih tahan lama (jika disimpan di tempat
tertutup) dibanding dengan tanah liat asli yang harus disimpan di tempat yang
basah agar tidak pecah. Dalam proses pengecoran ini, gips yang sederhana dan
tebal dicetak, diperkuat dengan menggunakan serat, kain goni, semua itu dibalut
dengan tanah liat asli. Pada proses pembuatannya, gips ini dipindah dari tanah
liat yang lembab, proses ini akan secara tidak sengaja merusak keutuhan tanah
liat tersebut. Akan tetapi ini bukanlah masalah yang serius karena tanah liat
tersebut telah berada di dalam cetakan. Cetakan kemudian dapat digunakan lagi
di lain waktu untuk melapisi gips aslinya sehingga tampak benar-benar seperti
tanah liat asli. Permukaan gips ini selanjutnya dapat diperbarui, dilukis, dan
dihaluskan agar menyerupai pencetak dari perunggu.
Pengecoran
dengan gips hampir sama dengan pengecoran dengan pasir kecuali pada bagian gips
diubah dengan pasir. Campuran gips pada dasarnya terdiri dari 70-80 % gipsum
dan 20-30 % penguat gipsum dan air. Pada umumnya, pembentukan pengecoran gips
ini membutuhkan waktu persiapan kurang dari 1 minggu, setelah itu akan
menghasilkan produksi rata-rata sebanyak 1-10 unit/jam pengecorannya dengan
berat untuk hasil produksinya maksimal mencapai 45 kg dan minimal 30 kg, dan
permukaan hasilnyapun memiliki resolusi yang tinggi dan halus. Jika gips
digunakan dan pecah, maka gips tersebut tidak dapat diperbaiki dengan mudah.
Pengecoran dengan gips ini normalnya digunakan untuk logam non belerang seperti
aluminium, seng, tembaga. Gips ini tidak dapat digunakan untuk melapisi
bahan-bahan dari belerang karena sulfur dalam gipsum secara perlahan bereaksi
dengan besi. Persiapan utama dalam pencetakan adalah pola yang ada disemprot
dengan film yang tebal untuk membuat gips campuran. Hal ini dimaksudkan untuk
mencegah cetakan merusak pola. Unit cetakan tersebut dikocok sehingga gips
dapt mengisi lubang-lubang kecil di sekitar pola. Pembentuk pola dipindahkan
setelah gips diatur. Pengecoran gips ini menunjukkan kemajuan, karena
penggunaan peralatan otomatis dapat segera digunakan dengan mudah ke sistem
robot, karena ketepatan desain permintaan semakin meningkat yang bahkan lebih
besar dari kemampuan manusia.
7.
Pengecoran Gips, Beton, atau Plastik Resin.
Gips
sendiri dapat dilapisi, demikian pula dengan bahan-bahan kimia lainnya seperti
beton atau plastik resin. Bahan-bahan ini juga mengunakan percetakan yang sama
seperti penjelasan di atas (waste mold) atau multiple use piece mold, atau
percetakan yang terbuat dari bahan-bahan yang sangat kecil atau bahan yang
elastis seperti karet latex (yang cenderung disertai dengan cetakan yang
ekstrim). Jika pengecoran dengan gips atau beton maka produk yang dihasilkan
akan seperti kelereng, tidak begitu menarik, kurang transparan dan biasanya
dilukis. Tak jarang hal ini akan memberikan penampilan asli dari logam/batu.
Alternatif untuk mengatasi hal ini adalah lapisan utama akan dibiarkan
mengandung warna pasir sehingga memberikan nuansa bebatuan. Dengan menggunakan
pengecoran beton, bukan pengecoran gips, memungkinkan kita untuk membuat
ukiran, pancuran air, atau tempat duduk luar ruangan. Selanjutnya adalah
membuat meja cuci (washstands) yang menarik, washstands dan shower stalls
dengan perpaduan beraneka ragam warna akan menghasilkan pola yang
menarik seperti yang tampak pada kelereng/ravertine.
Gambar 2 5. Turbin air produk hasil pengecoran logam
Proses
pengecoran seperti die casting dan sand casting menjadi suatu proses yang
mahal, bagaimanapun juga komponen-komponen yang dapat diproduksi menggunakan
pengecoran investment dapat menciptakan garis-garis yang tak beraturan dan
sebagian komponen ada yang dicetak near net shape sehingga membutuhkan sedikit
atau bahkan tanpa pengecoran ulang.
8.
Pengecoran Sentrifugal (Centrifugal Casting)
Pengecoran
sentrifugal berbeda dengan penuangan gravitasi-bebas dan tekanan-bebas karena
pengecoran sentrifugal membentuk dayanya sendiri menggunakan cetakan pasir yang
diputar dengan kecepatan konstan. Pengecoran sentrifugal roda kereta api
merupakan aplikasi awal dari metode yang dikembangkan oleh perusahaan industri
Jerman Krupp dan kemampuan ini menjadikan perkembangan perusahaan menjadi
sangat cepat.
Gambar 2 6. Turbin air produk hasil pengecoran logam
9.
Die Casting
Die
casting adalah proses pencetakan logam dengan menggunakan penekanan yang sangat
tinggi pada suhu rendah. Cetakan tersebut disebut die. Rentang kompleksitas die
untuk memproduksi bagian-bagian logam non belerang (yang tidak perlu sekuat,
sekeras, atau setahan panas seperti baja) dari keran cucian sampai cetakan
mesin (termasuk hardware, bagian-bagian komponen mesin, mobil mainan, dsb)
Gambar 2 7. Die casting
Logam
biasa seperti seng dan alumunium digunakan dalam proses die casting. Logam
tersebut biasanya tidak murni melainkan logam logam yang memiliki karakter
fisik yang lebih baik. Akhir-akhir ini suku cadang yang terbuat dari plastik
mulai menggantikan produk die casting banyak dipilih karena harganya lebih
murah (dan bobotnya lebih ringan yang sangat penting khususnya untuk suku
cadang otomotif berkaitan dengan standar penghematan bahan bakar). Suku cadang
dari plastik lebih
praktis
(terutama sekarang penggunan pemotongan dengan bahan plastik semakin
memungkinkan) jika mengesampingkan kekuatannya, dan dapat didesain ulang untuk
mendapatkan kekuatan yang dibutuhkan. Terdapat empat langkah utama dalam proses
die casting. Pertamatama cetakan disemprot dengan pelicin dan ditutup. Pelicin
tersebut membantu mengontrol temperatur die dan membantu saat pelepasan dari
pengecoran. Logam yang telah dicetak kemudian disuntikkan pada die dibawah
tekanan tinggi. Takanan tinggi membuat pengecoran setepat dan sehalus adonan.
Normalnya sekitar 100 MPa (1000 bar).
Setelah
rongganya terisi, temperatur dijaga sampai pengecoran menjadi solid (dalam
proses ini biasanya waktu diperpendek menggunakan air pendingin pada cetakan).
Terakhir die dibuka dan pengecoran mulai dilakukan. Yang tak kalah penting dari
injeksi bertekanan tinggi adalah injeksi berkecepatan tinggi, yang diperlukan
agar seluruh rongga terisi, sebelum ada bagian dari pengecoran yang mengeras.
Dengan begitu diskontinuitas (yang merusak hasil akhir dan bahkan
melemahkan kualitas pengecoran) dapat dihindari, meskipun desainnnya
sangat sulit untuk mampu mengisi bagian yang sangat tebal. Sebelum siklusnya
dimulai, die harus di-instal pada mesin die pengecoran, dan diatur pada suhu
yang tepat. Pengesetan membutuhkan waktu 1-2 jam, dan barulah kemudian siklus
dapat berjalan selama sekitar beberapa detik sampai beberapa menit, tergantung
ukuran pengecoran. Batas masa maksimal untuk magnesium, seng, dan aluminium
adalah sekitar 4,5 kg, 18 kg, dan 45 kg. Sebuah die set dapat bertahan sampai
500.000 shot selama masa pakainya, yang sangat dipengaruhi oleh suhu pelelehan
dari logam yang digunakan. Aluminium biasanya memperpendek usia die karena
tingginya temperatur dari logam cair yang mengakibatkan kikisan cetakan baja
pada rongga. Cetakan untuk die casting seng bertahan sangat lama karena
rendahnya temperatur seng. Sedang untuk tembaga, cetakan memiliki usia paling
pendek dibanding yang lainnya. Hal ini terjadi karena tembaga adalah logam
terpanas.
Seringkali
dilakukan operasi sekunder untuk memisahkan pengecoran dari sisa-sisanya, yang
dilakukan dengan menggunakan trim die dengan power press atau hidrolik press.
Metode yang lama adalah memisahkan dengan menggunakan tangan atau gergaji.
Dalam hal ini dibutuhkan pengikiran untuk menghaluskan bekas gergajian saat
logam dimasukkan atau dikeluarkan dari rongga. Pada akhirnya, metode intensif,
yang membutuhkan banyak tenaga digunakan untuk menggulingkan shot jika
bentuknya tipis dan mudah rusak. Pemisahan juga harus dilakukan dengan
hati-hati.
Kebanyakan
die caster melakukan proses lain untuk memproduksi bahan yang tidak siap
digunakan. Yang biasa dilakukan adalah membuat lubang untuk menempatkan sekrup.
Gambar 2 8. Salah satu produk die casting
10.
Kecepatan Pendinginan
Kecepatan
di saat pendinginan cor mempengaruhi properti, kualitas dan mikrostrukturnya.
Kecepatan pendinginan sangat dikontrol oleh media cetakan. Ketika logam yang
dicetak dituangkan ke dalam cetakan, pendinginan dimulai. Hal ini terjadi,
karena panas antara logam yang dicetak mengalir menuju bagian pendingin
cetakan. Materi-materi cetakan memindahkan panas dari pengecoran menuju cetakan
dalam kecepatan yang berbeda. Contohnya, beberapa cetakan yang terbuat dari
plaster memungkinkan untuk memidahkan panas dengan lambat sekali sedangkan
cetakan yang keseluruhannya terbuat dari besi yang dapat mentranfer panas
dengan sangat cepat sekali. Pendinginan ini akan berakhir dengan pengerasan di
mana logam cair berubah menjadi logam padat.
Pada
tahap dasar ini, pengecoran logam menuangkan logam ke dalam cetakan tanpa
mengontrol bagaimana pencetakan mendingin dan logam membeku dalam cetakan.
Ketika panas harus dipindahkan dengan cepat, para ahli akan merencanakan
cetakan yang digunakan untuk mencakup penyusutan panas pada cetakan, disebut
dengan chills. Fins bisa juga didesain pada pengecoran untuk panas inti, yang
kemudian dipindahkan pada proses cleaning (juga disebut fetting). Kedua metode
bisa digunakan pada titik-titik lokal pada cetakan dimana panas akan disarikan
secara cepat. Ketika panas harus dipindahkan secara pelan, pemicu atau beberapa
alas bisa ditambahkan pada pengecoran. Pemicu adalah sebuah cetakan tambahan
yang lebih luas yang akan mendingin lebih lamban dibanding tempat dimana pemicu
ditempelkan pada pengecoran. Akhirnya, area pengecoran yang didinginkan secara
cepat akan memiliki struktur serat yang bagur dan area yang mendingin dengan
lamban akan memilki struktur serat yang kasar.
Pendekatan/Strategi/Metode
Pembelajaran
1. Pendekatan : Scientific
2. Metode : Diskusi, Eksperimen, dan
Penugasan, dll
3. Model : Discovery Learning
Media, Alat,
Bahan dan Sumber Belajar
Media
·
LKS
·
TAB Samsung 4.10
Sumber Belajar
1.Buku Teori Pengetahan Dasar Teknik Mesin
2.Buku
referensi dan artikel yang sesuai
3. http://storymesin.blogspot.com/2016/10/proses-pengecoran-logam.html
Kegiatan
Pembelajaran
Kegiatan
|
Deskripsi
Kegiatan
|
Alokasi
Waktu
|
|
Guru
|
Siswa
|
||
Pendahuluan
|
1. Memberikan
salam, mengkondisikan kelas dan pembiasaan, mengajak dan memimpin berdoa,
menanyakan kondisi siswa dan mempresensi
2. Memberi
motivasi pada siswa
3. Melakukan
apersepsi dan pretest
4. Menyampaikan
kompetensi dasar, tujuan pembelajaran, metode, dan penilaian
Mengamati
·
Memperagakan
·
Meminta siswa supaya
mengamati peragaan dan sumber belajar
·
Mengamati dan
membimbing siswa
|
1. Menjawab
salam, menertibkan tempat duduk dan menertibkan diri, berdoa, menjawab
keadaan kondisinya, dan kehadirannya
2. Termotivasi
3. Memperhatikan
dan mengerjakan pretest
4. Memperhatikan
Mengamati
·
Memperhatikan
·
Mengamati peragaan
dan sumber belajar
·
Menanyakan hal – hal
yang belum jelas dalam pengamatan
|
10
menit
|
Inti
|
Mengamati
·
Memperagakan
·
Meminta siswa supaya
mengamati peragaan dan sumber belajar
·
Mengamati dan
membimbing siswa
Menanya
·
Meminta siswa supaya
melakukan diskusi mulai dari mengidentifikasi dan merumuskan masalah terhadap
obyak yang diamati pada kelompoknya
·
Mengamati,
membimbing, dan menilai kegiatan siswa
Mencoba/mengumpulkan
informasi
·
Memberikan
permasalahan dan meminta siswa untuk melakukan percobaan/praktek pada
kelompoknya
·
Mengamati, membimbing
, dan menilai kegiatan siswa
Mengasosiasi/menganalisis
informasi
·
Mengarahkan siswa
supaya menggali informasi/mengumpulkan data, menganalisa, dan membuat
kesimpulan
·
Mengamati,
membimbing, dan menilai kegiatan siswa
Mengkomunikasikan
·
Meminta untuk membuat
laporan dan menyimpulkan hasil percobaan/praktek dalam kelompoknya
·
Meminta setiap
perwakilan kelompok untuk menyampaikan/menampilkan hasil percobaan/praktek
dan kesimpulan diskusi
·
Mengamati,
membimbing, dan menilai kegiatan siswa
Mencipta
·
Meminta siswa supaya
mewujudkan/mempraktekan hasil kajian teoritis dari kegiatan mengkomunikasikan
|
Mengamati
·
Memperhatikan
·
Mengamati peragaan dan
sumber belajar
·
Menanyakan hal – hal
yang belum jelas dalam pengamatan
Menanya
Melakukan diskusi, mengidentifikasi masalah dan
merumuskan masalah di kelompoknya
Mencoba
Melakukan percobaan/ praktek di kelompoknya
Mengasosiasi
Mengumpulkan informasi/ data, melakukan analisis,
dan menyimpulkan
Mengkomunikasikan
·
Membuat laporan dan
kesimpulan hasil percobaan/ praktek dalam kelompoknya
·
Mempresentasikan
hasil percobaan/ praktek beserta kesimpulannya
Mencipta
Mewujudkan/ mempraktekkan hasil kajian teoritis
dari kegiatan mengkomunikasikan
|
70
menit
|
Penutup
|
1. Mengajak
dan mengarahkan siswa untuk membuat rangkuman/ kesimpulan
2. Memberikan
evaluasi/ penilaian dalam bentuk post test/ tugas
3. Memberikan
remidi/ pengayaan dalam bentuk tugas
4. Memberikan
arahan tindak lanjut pembelajaran, (mengajak dan memimpin berdoa untuk
pelajaran terakhir)
|
1. Membuat
rangkuman/ kesimpulan bersama guru
2. Mengerjakan
tes/ tugas yang diberikan
3. Mencatat
tugas yang diberikan untuk dikerjakan dirumah
4. Memperhatikan
arahan guru (berdoa)
|
10
menit
|
A. PenilaianHasilBelajar
1.
Teknik
Penilaian :
a.
KI-1
dan KI-2 dengan pengamatan / observasi.
b.
KI-3
dengan Tes Tertulis.
c.
KI-4 dengan
portofolio
2.
Bentuk
Instrumen dan Instrumen
a)
Bentuk
Instrumen: Tes tertulis (Uraian)
Instrumen:
1.
Sebutkan jenis-jenis Pengecoran
logam beserta fungsinya ?
2.
Sebutkan dan
jelaskan klasifikasi Pengecoran logam!
3.
Sebutkan dan
jelaskan metode Pengecoran logam!
3.
Prosedur
penilaian
No
|
Aspek yang dinilai
|
Teknik Penilaian
|
Waktu Penilaian
|
1.
|
Sikap
|
a.
Menghayati
dan mengamalkan ajaran agama di amati selama proses KBM
b. Bekerjasama di amati dalam kegiatan kelompok.
c.
Toleransi
di amati dalam diskusi ketika terjadi proses pemecahan masalah yang berbeda.
d. Menjaga dan memelihara kebersihan lingkungan
|
Dalam pembelajaran dan saat
diskusi (selama kegiatan inti)
|
2.
|
Pengetahuan
|
Tes tertulis bentuk uraian mengenai bentuk uraian mengenai Pengecoran logam
|
Ulangan Penyelesaian tugas individu, pada akhir KD
|
3.
|
Keterampilan
|
Presentasi
Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi tentang Pengecoran logam.
|
Penyelesaian tugas (individu)
|
B. Pedoman
Penskoran dan Penilaian
1.
Indikator
penskoran sikap Toleransi
Skor
|
Deskripsi
|
4
|
-
Selalu
membantu/menawarkan bantuan pada teman dan
guru yang sedang mengalami kesulitan
|
3
|
Sering membantu/menawarkan
bantuan pada teman dan guru yang
sedang mengalami kesulitan
|
2
|
Kadang-kadang membantu/menawarkan
bantuan pada teman dan guru yang
sedang mengalami kesulitan
|
1
|
Tidak pernah membantu/menawarkan
bantuan pada teman dan guru yang
sedang mengalami kesulitan
|
2.
Indikator
penskoran sikap Kerja sama
Skor
|
Deskripsi
|
4
|
-
Selalu
mengajak / menawarkan pada teman untuk bersama-sama menyelesaikan suatu
tujuan tertentu
|
3
|
Sering mengajak / menawarkan pada
teman untuk bersama sama menyelesaikan suatu tujuan tertentu
|
2
|
Kadang-kadang mengajak /
menawarkan pada teman untuk bersama sama menyelesaikan suatu tujuan tertentu
|
1
|
Tidak pernah mengajak /
menawarkan pada teman untuk bersama sama menyelesaikan suatu tujuan tertentu
|
3.
Indikator
penskoran Pengetahuan
Setiap nomor soal apabila benar nilai 50
Apabila setiap nomor jawabannya kurang sempurna akan diberi skor 25
Kriteria penilaian tes uraian
91 - 100 :
Sangat baik
81 -
90 : Baik
77 -
80 : Cukup
65
– 76 : Kurang
Yogyakarta, 23 Agustus 2014
Guru
Mapel,
Khairul
Fuadi, Spd
NIK…………......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar